PENJELAJAH dunia bermotor seorang diri asal Indonesia pada Sabtu (25/7) tiba di Timor-Leste yang merupakan negara tujuan terakhir misi Ride for Peace (RFP). Pria 53 tahun kelahiran Bandung itu menginjakkan kaki di Timor Leste setelah sukses menjelajahi benua Australia dan Selandia Baru selama hampir empat bulan.
Jeffrey mengaku penjelajahan di Australia cukup berat. Baginya petualangan di Negeri Kanguru itu sebagai puncak penjelajahan RFP kedua. Berbagai lintasan panjang dengan medan ekstrim dan cuaca buruk telah dihadapinya.
"Saya bersyukur masih diberikan kekuatan menjalani misi Ride for Peace. Benua Australia, walau pun dekat dengan Indonesia, telah memberikan nilai baru dalam hidup saya," ujar pria yang akrab disapa Kang JJ itu.
"Nilai tantangan serta pengalaman di Australia tidak saya temukan di negara-negara lain yang telah saya singgahi sejak Ride for Peace pertama dan kedua ini. Benua ini memiliki tantangan alam dan budaya tersendiri," ungkap pria yang masih ditemani Silver Line, sepeda motor BMW R 1150 GS bernomor polisi B 5010 JP.
Ia mengatakan banyak teman menyarankan untuk mengenali budaya setempat, khususnya suku Aborigin agar tidak mengalami masalah. Ia berusaha untuk selalu menghormati budaya mereka, dan minta izin kepada penguasa adat sebelum memasuki kawasannya.
Jeffrey tiba di Benua Australia setelah singgah di kota paling selatan di muka bumi, Ushuaia, Argentina, lalu kembali ke utara menuju Gurun Atacama Santiago, Chili awal tahun ini. Dari benua Amerika ini dia mengapalkan motornya menuju Sydney, Australia dan tiba pada Maret 2015.
"Saya sempat mengunjungi Selandia Baru dan menjelajah North Island sampai Auckland. Tidak lama, karena Selandia Baru tidak luas," katanya. Dari negara yang tak jauh dari Kutub Selatan itu Jeffrey kembali ke daratan Australia untuk memulai misi RFP.
Australia Sajikan Petualangan Penuh Tantangan Di Australia ia menjelajah tidak kurang dari 11.500 km dipenuhi banyak lintasan tanah yang penuh risiko. Ia mengambil lintasan beresiko besar ke Alice Spring di Australia Utara dari Adelaide, Australia Selatan hingga menembus Leonora, Australia Barat.
Salah satu jalur menantang adalah Great Central Road, di mana jalan masih berpemukaan tanah sepanjang hampir 1.200 km. Jeffrey mengaku menghabiskan waktu tiga hari. Jalur ini pertama kali dibuka pada 1930 dan tidak memiliki banyak tempat pemberhentian.
Ia hanya menemukan tiga titik penghentian untuk pengisian bahan bakar. Selain itu tidak tersedia penginapan sehingga selama tiga malam dirinya bermalam dengan tenda di alam terbuka.
"Saya diingatkan bahwa tidak ada pihak di Australia yang bisa bertanggung jawab terhadap keselamatan saya di sepanjang jalur Great Central Road. Sedikit pun saya tidak menganggap remeh. Saya juga perlu surat izin perjalanan dari pemuka adat Aborigin sebelum memasuki daerah-daerah tertentu untuk keselamatan," ujar Jeffrey.
Jeffrey menambahkan rintangan terbesar di Australia adalah lintasan ekstrem, hewan liar, dan cuaca yang tidak terduga. Di beberapa titik lintasan bahkan bisa menenggelamkan roda-roda sepeda motor. Belum lagi hewan liar yang bisa muncul tiba-tiba. Bahkan Jeffrey sempat diterpa hujan es menyakitkan.
"Saat siang suhu udara bisa antara 28 sampai 30 derajat selsius, tapi malam tiba-tiba jatuh hingga minus 4 sampai 6 derajat selsius," terang pengelana yang sempat mengunjungi makam pahlawan perintis kemerdekaan Indonesia di Cowra, New South Wales ini.
Di Australia Jeffrey mengambil rute dari Sydney, Cowra, Canberra, Wollongong, Snowy Mountain, dan lintasan berpasir menuju Bairndale hingga Melbourne. Dari situ, dia melajutkan perjalanan ke Adelaide melalui Great Ocean Highway yang berliku dan curam. Dari Adelaide, Jeffrey menuju Port Augusta, Alice Spring (Stuart Highway/Explorer Highway), Uluru (Ayers Rock), dan tiba di Leonora setelah tiga malam perjalanan di sepanjang Great Central Road.
Dari Leonora, Jeffrey naik ke atas menuju Port Headland di utara bagian Barat Australia, menyusuri pantai barat Australia hingga Darwin, melalui Broome, Pine Creek, serta menyempatkan diri turun ke selatan ke daerah Devils Marbel.
Pengendara Sepeda Motor Terjauh Kedua di Dunia Jeffrey telah menorehkan prestasi internasional. Ia menjadi penunggang sepeda motor terjauh di dunia yang telah tercatat di daftar Circumnavigation di Wikipedia.org, sebuah catatan tentang orang-orang yang pernah berkeliling dunia sejak Ekspedisi Magellan melintasi samudera Atlantik, Pasifik, dan Hindia (1519-1522).
Sejak akhir RFP pertama pada awal 2006 hingga kelajutan RFP kedua mulai 2010 sampai Juli 2015, penulis buku Wind Rider ini tercatat telah mengunjungi 97 negara, termasuk Australia yang diselesaikan pada Juli 2015 dengan jarak tempuh tak kurang dari 420.000 km bersama BMW R 1150 GS.
Prestasi itu membuatnya pengendara sepeda motor terjauh nomor dua sepanjang sejarah. setelah Emilio Scotto asal Argentina yang melakukannya selama 10 tahun (1985-1995) menggunakan Honda Gold Wing GL1100 dengan total jarak 735.000 km.
Catatan Jeffrey tersebut sekaligus mematahkan prestasi popular yang ditorehkan pengendara asal Inggris Ted Simon yang hanya mencapai 126.000 km (1973-1977) dengan Triumph Tiger 500cc, dan Helge Pedersen asal Norwegia dengan BMW R 80 GS (400.000 km, 1982-1992).(Cdx)