Headline
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
DI tengah tingkat penularan covid-19 yang kian sulit dijinakkan muncul masalah baru, yakni orang berebutan untuk mendapatkan susu merek tertentu. Sebagian masyarakat mengganggap susu itu ialah obat covid-19 dan untuk itu, mereka bersemangat mendapatkan dengan kurang memperhatikan prokes 5M.
Program memutus mata rantai covid-19 melalui prokes 5M (menggunakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumuman, dan mengurangi mobilitas) tampaknya belum sepenuhnya ditaati. Kasus terkonfi rmasi positif covid-19 per hari kembali meningkat, yang membuat sebagian masyarakat panik dan meyakini susu itu bisa mengobati covid-19.
Masyarakat perlu mendapatkan informasi yang lebih baik tentang manfaat makanan bergizi untuk meningkatkan imunitas, selain percepatan program vaksinasi medis dan prokes 5M. Vaksinasi alami lewat mengonsumsi makanan yang bersifat fungsional selain susu dapat memperkuat daya tahan tubuh.
Harus dikoreksi
Makanan yang mampu memperbaiki kesehatan bukan hanya berasal dari susu. Jadi, susu beruang yang ramai diperbincangkan dalam beberapa waktu terakhir ini dan diburu banyak warga karena diyakini dapat menyembuhkan sejumlah penyakit bahkan covid-19 harus dikoreksi.
Dalam pedoman gizi seimbang, susu ditempatkan sebagai kelompok lauk pauk, bukan lagi sebagai penyempurna karena bisa digantikan dengan jenis makanan lainnya yang sama nilai gizinya. Terkait dengan itu, dalam suatu prasasti kuno Hippocrates, bapak ilmu kedokteran yang hidup pada 460-370 SM, dinyatakan: Let your food be your medicine and medicine be your food. Pesan itu hendak mengatakan mengonsumsi makanan yang sarat gizi dan nongizi seperti berbagai antioksidan dapat meningkatkan imunitas tubuh dan menjadi pedoman gizi menjalani gaya hidup sehat di tengah pandemi covid-19.
Pangan, gizi, dan kesehatan sangat berkaitan erat. Di tengah kemajuan ilmu dan teknologi pangan, hubungan itu kian kuat dengan berkembangnya kelompok makanan fungsional. Dalam fungsinya, sebagai pendongkrak imunitas, ia masuk kategori foods for specifi c health uses (Foshu) sebab mengandung senyawa bioaktif, antioksidan, dan serat pangan. Para ahli pangan dan gizi merekomendasikan makanan fungsional untuk memperkuat imunitas saat terjadi bencana guna memulihkan stres oksidatif para korban. Jenis makanan itu tidak sekadar mengenyangkan perut dan memuaskan rasa di mulut, tetapi juga mampu memberi perlindungan dari gempuran radikal bebas yang mengganggu kesehatan.
Makanan fungsional menjadi vaksin alami yang dapat meningkatkan imunitas di masa pandemi covid-19. Sistem imunitas membutuhkan harmoni sasi dan keseimbangan gizi untuk melawan gempuran penyakit yang datang dari luar. Tubuh harus mendapat asupan makanan yang mengandung vitamin antioksidan dan sejumlah senyawa bioaktif lainnya. Berit Reiss-Andersen, Ketua Komite Nobel Norwegia, saat penganugerahan Hadiah Nobel Perdamaian 2020 kepada Program Pangan Dunia (WFP) menyebut masyarakat divaksinasi medis, makanan adalah vaksin terbaik untuk mencegah covid-19.
Pernyataan Berit Reiss-Andersen memiliki alasan ilmiah kuat. Dalam penelitian bertajuk The Immune System: A Target for Functional Foods yang dipublis di British Journal of Nutrition, Calder dan Kew (2002) menyebut kekurangan zat gizi dapat menyebabkan gangguan imunitas. Zat gizi makro seperti protein, asam lemak linoleat, palmitat, zat gizi mikro seperti vitamin C, E, A, B6, B12, mineral Zn, Cu, dan Fe sangat dibutuhkan agar sistem imunitas berfungsi baik. Jika terjadi defisiensi pada satu atau lebih zat gizi tersebut, itu sangat berpengaruh terhadap semua bentuk imunitas di dalam tubuh.
Percepatan pelaksanaan program vaksinasi covid-19, yang dilakukan pemerintah saat ini, diharapkan memberikan efek positif berupa munculnya herd immunity, yang bisa membantu menekan penyebaran virus korona. Namun, program ini harus diikuti tersedianya makanan fungsional di tengah keluarga. Tidak tertutup kemungkinan sebagian besar masyarakat kerap mengalami stres oksidatif akibat masih naiknya angka kasus baru covid-19, yang dapat menimbulkan kepanikan dan menguras daya tahan tubuh. Para ahli kesehatan jiwa menyebut stres oksidatif menyebabkan seseorang lebih mudah terserang oleh demam infl uenza.
Kondisi stres oksidatif akibat kepanikan yang ditimbulkan rasa takut terhadap covid-19 dapat mempermudah tubuh terjangkiti penyakit yang lebih parah. Terapi gizi sangat disarankan untuk meredam stres yang satu ini, dengan mengonsumsi kombinasi produk fermentasi susu dengan jus buah tomat. Makanan probiotik itu dilaporkan dapat memperbaiki profi l kandungan likopen sebagai antioksidan kuat untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan mampu mencegah stres karena beban kerja yang tinggi dan tekanan psikologis.
Mendongkrak imunitas
Tradisi kuat mengenai makanan fungsional telah ada sejak lama di Indonesia. Masyarakat mengenal jamu dari ramuan bahan baku rempah lokal yang diseduh dan diminum sebagai upaya mendongkrak imunitas. Konon, ramuan seperti itu sempat menurunkan angka kasus baru covid-19 di India pada September 2020 hingga Februari 2021 (Sibuea, 2021).
Pengembangan produk pangan baru ke arah makanan fungsional menjadi tantangan menarik. Penelitian yang mengelaborasi pemulihan stres oksidatif dengan mengonsumsi makanan fungsional yang sarat kandungan antioksidan telah banyak dilakukan. Fungsi rempah, misalnya, tidak sebatas menimbulkan rasa dan aroma sedap pada makanan, tetapi juga dapat memperbaiki sistem metabolisme tubuh dan sumber antibiotik yang ampuh.
Kemampuan makanan fungsional untuk meningkatkan status antioksidan dan mengurangi generasi radikal di dalam sel, diyakini dapat memperkuat imunitas yang pada akhirnya tubuh terhindar dari beragam penyakit.
Penelitian terbaru Shintaro Onishi, dkk (2020) bertajuk Green Tea Catechins Adsorbed on the Murine Pharyngeal Mucosa Reduce Influenza A Virus Infection yang dimuat Journal of Functional Foods menyebut antioksidan katekin pada teh hijau mengurangi insiden infl uenza pada populasi manusia. Meski belum diketahui mekanisme senyawa bioaktif dalam teh hijau berperan sebagai antivirus, katekin yang dikenal sebagai antioksidan yang kuat diduga mencegah reaksi berantai radikal bebas, yang menghambat infeksi virus infl uenza A, dan menginduksi aglutinasi virus dalam sel serta memperkuat imunitas.
Pandemi covid-19, selain menyisakan masalah kesehatan, memberikan peluang baru pengembangan makanan fungsional di Indonesia. Kebutuhan makanan fungsional diyakini semakin meningkat, seiring dengan menuanya populasi, perubahan gaya hidup yang menuntut pangan natural, dan meningkatnya kesadaran pentingnya pencegahan penyakit akibat virus.
Kekayaan pangan Nusantara dan rempah lokal menjadi surga penelitian pengembangan makanan fungsional yang berdaya saing tinggi. Berbagai jenis bahan baku yang melimpah, seperti rempah lokal andaliman, minyak sawit, produk teh, dan tempe, dapat dikonversi menjadi produk pangan baru yang besifat fungsional untuk mencegah covid-19 selain susu beruang yang meninggalkan sensasi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved