Headline
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
KANCAH perpolitikan Spanyol tengah memanas. Salah satu wilayah otonom mereka yakni Catalonia tengah bersikeras menggelar referendum kemerdekaan untuk menjadi mandiri, sebagai sebuah negara terpisah dari Spanyol.
Keinginan Catalonia untuk berpisah memang sudah ada sejak bertahun-tahun yang lalu. Masyarakat Catalonia selalu merasa bukan bagian dari Spanyol karena adanya perbedaan baik dari sisi budaya, sejarah maupun ekonomi.
Isu perpisahan sempat mencuat pada 2014 dan kini kembali memanas. Bahkan, isu politik pemerintahan tersebut juga mempengaruhi dunia sepak bola Spanyol.
Betapa tidak, Spanyol memiliki tim-tim raksasa yang mendunia dengan satu tim terkuat yang menjadi kebanggaan mereka adalah FC Barcelona. Klub ini berbasis di Barcelona, ibu kota Catalonia. Didirikan pada 1899 oleh sekelompok pemain dari Swiss, Inggris dan Catalan yang dipimpin oleh Joan Gamper, klub berjuluk Blaugrana tersebut telah menjadi simbol budaya Catalan dan Catalanisme.
Bahkan, tak jarang para punggawa Barcelona selalu dipanggil sebagai skuat The Catalans. Jika, Catalonia terpisah dari Spanyol sudah pasti Barcelona tak akan lagi menjadi bagian dari kompetisi tertinggi di Spanyol, yakni La Liga. Kondisi ini jelas bisa mempengaruhi kepopuleran sepak bola Spanyol di tingkat internasional.
Sayangnya, sebagai salah satu klub yang paling berpengaruh di dunia, Barcelona justru dimanfaatkan sebagai alat politik bagi para pejabat pemerintahan Catalonia yang dipimpin Carles Puigdemont tersebut.
Bahkan, beberapa pemain sudah ada yang berani dalam mendukung referendum kemerdekaan Catalonia. Satu diantaranya adalah Gerard Pique yang sudah ikut memberikan suara untuk kemerdekaan Catalonia, khususnya dalam pemungutan suara ilegal yang dilakukan oleh para petinggi Spanyol pada akhir pekan lalu.
Pihak kepolisian Spanyol pun berusaha menghentikan referendum tersebut dengan melukai puluhan aktivis. Adanya insiden tersebut, memicu klub Barcelona untuk ngotot membatalkan pertandingan melawan Las Palmas pada Minggu malam.
Namun kabarnya, pihak La Liga mengancam memberikan penalti hingga enam poin jika Barca membatalkan pertandingan. Alhasil, sebagai bentuk protes, Blaugrana memutuskan tampil tanpa penonton 30 menit sebelum kick-off pertandingan.
"Saya sangat bangga dengan Catalonia dan para masyarakatnya. Terlepas dari bagaimana mereka dihasut dan terlepas dari berapa banyak (pihak berwenang dan pasukan keamanan Spanyol) yang ingin menjatuhkan mereka dalam perangkap, mereka tetap melakukannya dengan damai dan dinyanyikan dengan keras dan jelas," ujar Pique.
"Bermain tanpa penonton merupakan pengalaman terburuk saya ebagai profesional. Kami memberikan pendapat kami (di ruang ganti), ada yang pro dan ada yang kontra, tetapi pada akhirnya kami memutuskan untuk bermain," lanjutnya.
Pernyataan Pique didukung oleh eks pelatih Barcelona Pep Guardiola. Menurut Guardiola, seharusnya Barca tidak jadi bertanding.
"Saya tidak akan bermain. Bila pada akhirnya mereka memutuskan memainkan pertandingan, kalian seharusnya melakukannya di hadapan para penggemar dan semua konsekuensi yang ada," cetus pelatih Manchester City tersebut. (OL-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved