El Nino mengancam sebagian besar daerah pesisir bagian utara (pantura) Jawa Tengah hingga 2016. Dikhawatirkan, produksi pertanian akan terganggu. Itu sebabnya, penghematan air perlu dilakukan untuk mengantisipasi dampak kemarau panjang.
Hingga kemarin, dampak ancaman El Nino memang belum begitu dirasakan. Sejumlah petani masih tetap melakukan tahan musim tanam dengan memanfaatkan sumber air yang ada. Namun, sejumlah pihak harus mewaspadai ancaman kekeringan terutama di daerah pantura.
"Kita belum begitu merasakan akan datangnya kemarau panjang karena ketersediaan air masih mencukupi dari beberapa bendungan yang dialirkan ke beberapa sungai," kata Nur Rochim, 53, petani di Karangtengah, Kabupaten Demak, Jateng.
Hal senada juga diungkapkan Khoris, 45, petani di Undaan, Kudus, Jateng. Sejauh ini, kata dia, para petani masih mengerjakan pertanian secara normal meskipun harus diakui bahwa ketersediaan air yang bersumber dari Waduk Kedungombo sedikit menyusut jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya saat memasuki musim tanam ini.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jawa Tengah memperkirakan dampak El Nino yakni musim kemarau panjang akibat memanasnya suhu air di permukaan Laut Pasifik diperkirakan akan panjang hingga 2016. Kekeringan itu terutama bakal mengancam daerah pesisir utara (pantura) Jawa Tengah.
Kepala Bidang Data dan Informasi BMKG Jateng Reni Kraningtyas mengatakan dampak El Nino diperkirakan akan mengancam pesisir utara Jateng seperti Rembang, Pati, Kudus, Demak, Jepara, Semarang, Kendal, Batang, Pekalongan, Pemalang, dan sebagian Sragen berupa molornya musim penghujan yang biasanya akan terjadi pada Oktober tapi mundur hingga November.
Munculnya El Nino, demikian kata Reni Kraningtyas, akan mengganggu sektor pertanian bila tak diimbangi dengan persediaan air bendungan yang mencukupi. Untuk mengantisipasi terjadinya gagal panen, perlu dilakukan penghematan air dan ketersediaan sumber air di beberapa embung dan bendungan.
Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Provinsi Jawa Tengah Prasetyo Budie Yuwono secara terpisah mengatakan, dengan prediksi dari BMKG yakni bakal terjadinya El Nino, mulai saat ini kebijakan penghematan air diambil.
Untuk mengantisipasi kekurangan sumber daya air, ujar Prasetyo Budie Yuwono, strategi khusus mulai disusun, yakni dengan mengeluarkan pola operasional waduk tipe C atau tipe kering dan hemat. "Kita mengimbau untuk melakukan pola hidup hemat air dengan cara mematuhi pola tanam dan menaati kesepakatan tata alokasi air waduk kepada masyarakat dan petani di Jawa Tengah," tambahnya. Rampung Juni Pada bagian lain, sebanyak 27 keluarga korban bencana longsor Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, Jateng, bakal menempati rumah relokasi di Dusun Suren, Desa Ambal. Diharapkan, sebelum akhir Juni, para korban bencana sudah dapat menempatinya.
Wakil Bupati Banjarnegara Hadi Supeno mengungkapkan rumah-rumah untuk korban bencana tanah longsor Jemblung sudah hampir rampung.
"Bahkan, sebelum jatuh tempo pada 28 Juni mendatang, bangunan tersebut telah selesai. Rumah yang dibangun bertipe 36 dengan alokasi anggaran Rp87 juta per unit. Anggaran bersumber dari pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, dan dana masyarakat," ujar Wakil Bupati, kemarin.
Setiap keluarga korban bencana sudah tahu rumah miliknya karena pada 26 Mei lalu telah diundi. "Saat ini yang masih jadi masalah ialah listrik yang belum terpasang seluruhnya." (LD/N-1)