Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

90 Tahun Zeiss Meneropong Jagat Raya

(Depi Gunawan/N-2)
13/12/2018 02:15
90 Tahun Zeiss Meneropong Jagat Raya
(MI/DEPI GUNAWAN )

DEMI memajukan ilmu astronomi di Hindia Belanda, sekelompok orang dari Nederlandsch-Indische Sterrenkundige Vereeniging atau Perhimpunan Bintang Hindia Belanda membangun observatorium di Lembang, Kabupaten Bandung Barat pada 1923.

Karel Albert Rudolf Bosscha atau biasa dikenal dengan nama Bosscha menjadi penyandang dana utama. Warga kebangsaan Belanda tersebut bahkan membiayai pembelian teropong bintang berkualitas dan paling besar ke Jerman hingga pembangunannya selesai pada 1928. Atas jasa-jasanya, Bosscha pun diabadikan sebagai nama Observatorium Bosscha.

Dalam perjalanan panjangnya, berbagai peralatan di Observatorium Bosscha telah banyak berkontribusi besar terhadap riset astronomi dunia. Dari belasan teleskop di Bosscha, teleskop refraktor ganda Zeiss yang  memiliki catatan panjang dalam pengamatan benda-benda langit hingga saat ini.

Tahun ini teleskop refraktor ganda Zeiss berusia 90 tahun. Untuk memperingati sejarah panjang teleskop itu, diadakan berbagai kegiatan mulai dari seminar, presentasi, hingga kunjungan ke teleskop Zeiss Observatorium Bosscha di Lembang, Sabtu (1/12). Acara yang diadakan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) ITB itu dihadiri para peneliti, tamu undangan, dan mahasiswa jurusan astronomi ITB. Dekan Fakultas MIPA ITB, Edy Tri Baskoro mengatakan, selama 90 tahun kiprahnya dalam bidang penelitian, teleskop Zeiss telah banyak berkontribusi demi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang astronomi.

“Dari sejak awal digunakan hingga sekarang, teleskop Zeiss telah melakukan 12.000 kali riset pengamatan dan mengoleksi sekitar 3.000 data pengamatan bintang ganda visual,” kata Edy.

Peneliti Observatorium Bosscha, Mochamad Irfan menambahkan teleskop Zeiss masih laik digunakan untuk pengamatan benda-benda di antariksa, karena para teknisi selalu berupaya merawat komponen mekaniknya.  Terutama membersihkan bagian lensa yang dikerjakan setahun sekali.

“Lensa dibersihkan supaya tidak berjamur, biasanya dikerjakan saat musim kemarau, sekitar April. Karena suhu udara Lembang yang lembap sangat berpengaruh terhadap kualitas komponen teleskop Zeiss,” ungkap Irfan.

Diakuinya, teknisi yang ahli merawat semua komponen teleskop Zeiss berbobot 11 ton ini masih sangat kurang. Saat ini hanya tiga teknisi yang ahli merawat teleskop Zeiss, salah satunya adalah Irfan.

Komponen teleskop yang digunakan sejak 1928 ini sampai sekarang masih orisinal.  Sementara itu, Kepala Observatorium Bosscha, Premana W Premadi menyebut, pihaknya membutuhkan tenaga-tenaga dari berbagai keilmuan agar Observatorium Bosscha bisa terus dimodernisasi mengikuti perkembangan zaman.

Menurutnya, usia Obsertovarium Bosscha lebih tua 5 tahun dibanding teropong Zeiss. Banyak fasilitas atau instrumen teropong yang sama tuanya dengan Zeiss, dengan spesifikasi dan kegunaan masing-masing. “Kami perlukan kerja sama dari berbagai pihak agar kiprah observatorium  semakin besar,” harapnya. (Depi Gunawan/N-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya