Headline

Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.

Fokus

Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.

Museum Cirebon sudah tidak Panas

12/6/2017 00:30
Museum Cirebon sudah tidak Panas
(ANTARA/Dedhez Anggara)

TERIK mentari khas pesisir sirna saat kami memasuki Museum Pusaka Keraton Kasepuhan di Cirebon, Jawa Barat, Sabtu (10/6).

Beragam perlengkapan modern juga hadir di gedung yang memamerkan beragam benda pusaka itu, seperti perlengkapan audio visual, CCTV, dan pendingin ruangan.

Terlebih, kehadiran kafetaria dan ruang cendera mata di bagian depan museum memanjakan pengunjung.

Hal itu membedakannya dengan dua muesum yang sudah hadir di daerah yang dijuluki 'Kota Udang' itu.

Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat memaparkan museum itu memiliki 60 lemari untuk menyimpan benda pusaka, 500 lampu, serta audio visual.

"Museum ini dilengkapi dengan enam pendingin ruangan," ungkap dia.

Terdapat sekitar 2.000 peninggalan masa lalu yang dipajang di museum itu, mulai peninggalan di era Padjadjaran hingga Kesultanan Cirebon.

Misalnya, keris, tombak, kitab, dan kereta kencana berusia ratusan tahun bernama Singa Barong.

Akan tetapi, pintu kukuh salah satu ruangan di museum itu tertutup dan digembok.

Ruangan itu ialah Ruang Pusaka Sunan Gunung Jati.

"Ruangan itu menyimpan peninggalan Sunan Gunung Jati yang tidak pernah diperlihatkan kepada masyarakat umum."

Peninggalan itu ialah jubah Sunan Gunung Jati, baju putri Ong Tien Nio, tongkat khotbah Sunan Gunung Jati, senjata Sunan Gunung Jati yang berasal dari Mesir dan terbuat dari emas, piring Wali Sanga yang biasa digunakan untuk upacara, dan bendera Cirebon berusia lebih dari 600 tahun.

Arief menjelaskan benda-benda itu sudah bisa dilihat masyarakat umum di hari-hari khusus.

"Ruangan itu dibuka satu kali dalam seminggu. Rencananya setiap Jumat," kata Arief.

Arief mengaku sengaja membangun museum pusaka modern dan nyaman di gedung seluas sekitar 1.000 meter persegi di kawasan keraton untuk meningkatkan minat pengunjung.

Selain itu, selama ini pihak keraton kesulitan menyimpan benda pusaka akibat keterbatasan tempat.

Untuk memasuki museum, pengunjung harus merogoh Rp40 ribu per orang.

"Tiket di pintu depan Rp15 ribu untuk menikmati keraton dan lingkungannya, sedangkan untuk masuk ke museum ada biaya tiket lagi Rp25 ribu/orang," kata Arief.

Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia, Putu Supadma Rudana, dalam kesempatan terpisah, mengapresiasi pendirian museum itu.

Dia berharap museum di Cirebon itu bisa menjadi wahana edukasi, rumah inspirasi, serta pelestari dan rumah abadi peradaban.

"Dan gagasan kemuliaan museum dapat menjadi ruh Cirebon dalam menggaungkan segala aspek kemajuan, baik untuk ekonomi, seni budaya, ataupun kepariwisataan. Museum akan hadir menarasikan kemuliaan masa lalu untuk menjadi inspirasi bagi kita," kata dia. (Nurul Hidayah/N-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya