AS Usulkan Uni Afrika Masuk G20

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengumumkan dukungan bagi Uni Afrika bergabung dengan kelompok 20 negara-negara ekonomi besar atau G20. Itu sebagai bagian dari upaya Washington memperbaiki hubungan dengan kawasan yang sudah diabaikan selama ini.

Biden, berbicara pada acara KTT para pemimpin AS-Afrika, mengatakan negaranya ingin meningkatkan kerja sama dengan benua itu di semua bidang. "Afrika menjadi bagian dari meja di setiap ruangan, di setiap ruangan, tempat tantangan global dibahas, dan di setiap institusi tempat diskusi berlangsung," kata Biden.

Ia menilai keanggotaan Uni Afrika di G20 lambat laun dapat terealisasi. Afrika Selatan saat ini adalah satu-satunya anggota G20 dari Afrika.

Baca juga: AS Galang Dukungan Ke Afrika untuk Tekan Rusia

Uni Afrika terdiri dari 55 negara anggota. Para pemimpin Afrika dari 49 negara telah berkumpul di Washington untuk pertemuan puncak tiga hari yang dimulai Selasa (13/12), dengan fokus isu perubahan iklim, ketahanan pangan, kemitraan perdagangan, dan masalah lainnya.

Pernyataan Biden itu bertujuan untuk memposisikan AS sebagai mitra negara-negara Afrika di tengah persaingan dengan Tiongkok. Perdagangan Tiongkok dengan Afrika sekitar empat kali lipat dari AS.

Biden menambahkan Uni Afrika ke kelompok 20 ekonomi utama akan memberikan kekuatan untuk memacu pembangunan. G20 telah menetapkan kerangka kerja bersama untuk membantu negara-negara miskin yang terlilit utang besar merestrukturisasi utang.

Keanggotaan Uni Afrika di G20 akan memberikan penguatan kerja sama dalam isu-isu utama seperti penanggulan Covid-19 dan perubahan iklim. Mantan Pejabat Departemen Keuangan dan Dana Moneter Internasional AS yang sekarang berafiliasi dengan wadah pemikir kebijakan keuangan OMFIF Mark Sobel menyambut baik langkah Biden.

“Ini akan semakin meningkatkan fokus dan perhatian dunia pada Afrika dan kebutuhan untuk mengenali peluang yang diberikan benua tersebut serta tantangannya, termasuk mendorong pertumbuhan dan mengatasi kemiskinan dan utang,” kata Sobel.

KTT tersebut adalah yang pertama dari jenisnya sejak 2014 di bawah mantan Presiden Barack Obama. Sebagai permulaan, pemerintahan Biden Menjanjikan US$55 miliar untuk ketahanan pangan, perubahan iklim, kemitraan perdagangan, dan masalah lainnya.

AS pada Kamis (15012) juga mengatakan akan menyediakan lebih dari US$165 juta untuk mendukung pemilu dan pemerintahan yang baik di Afrika tahun depan.

Pada pertemuan itu Biden bertemu dengan para pemimpin Afrika yang akan segera menghadapi pemilu. Biden bertemu dengan para pemimpin Republik Demokratik Kongo, Gabon, Liberia, Madagaskar, Nigeria, dan Sierra Leone.

Para pemimpin Uni Afrika, yang bertemu di sela-sela KTT itu membahas tantangan penyelenggaraan pemilu, termasuk campur tangan asing dan kekerasan politik. "Pemilu di Afrika pada 2023 akan menjadi konsekuensi. Sementara AS tidak mendukung kandidat atau partai tertentu, AS berkomitmen mendukung proses pemilihan untuk memperdalam demokrasi di Afrika," kata Gedung Putih.

Pertemuan ini terjadi ketika AS semakin mengkhawatirkan keadaan demokrasi di negara-negara di Afrika menyusul kudeta dan kekhawatiran atas beberapa pemilihan. Junta militer telah merebut kekuasaan di Guinea, Mali, dan Burkina Faso sejak 2020.

Pada November, AS mengatakan memiliki keraguan serius tentang kredibilitas hasil yang diumumkan dalam pemilihan di Guinea Khatulistiwa bulan lalu. Washington meminta pihak yang diduga untuk bekerja sama dengan semua pemangku kepentingan untuk mengatasi tuduhan penipuan pemilih. (AFP/OL-12)