Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
SEBANYAK 2 hingga 3 anak balita di Indonesia meninggal dunia setiap jam karena pneumonia. Sayangnya, penyakit akibat infeksi yang memicu inflamasi pada kantong-kantong udara di paru-paru itu belum mendapat perhatian.
Untuk menekan angka tersebut, pemerintah kini tengah bersiap untuk memperkenalkan vaksin pneumonia. Kabupaten Lombok Timur dan Barat menjadi wilayah yang dipilih sebagai proyek percontohan vaksin itu.
"Memang 99% kematian anak akibat pneumonia terjadi di negara-negara berkembang. Di Indonesia, menurut Riset Kesehatan Dasar 2013, prevalensi pneumonia mencapai 4,5% dengan insiden mencapai 1,8%," kata Direktur Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan, Wiendra Waworuntu, dalam diskusi berjudul Langkah Positif Eradikasi Pneumonia di Indonesia yang berlangsung di D'Lab, Jakarta, kemarin.
Menurutnya, sebagai langkah awal, vaksin akan diberikan kepada 39.397 anak di dua kabupaten tersebut.
Mereka akan diberi vaksin sebanyak tiga kali, yakni pada usia 2, 3, dan 12 bulan.
Vaksin bernama PCV-13 tersebut akan diberikan kepada mereka melalui di pos pelayan terpadu (posyandu) dan puskesmas setempat mulai Oktober mendatang.
Ia mengakui selama ini vaksin pneumonia belum disertakan dalam program imunisasi nasional.
Karena itu, masih banyak anak yang belum terjangkau agar terlindungi dari pneumonia. Dengan pemberian vaksin pneumonia di Lombok, diharapkan hasilnya signifikan dan memungkinkan vaksin tersebut untuk disertakan dalam imunisasi nasional.
"Lombok dipilih karena memiliki kasus pneumonia yang tinggi. Data yang ada di sana cukup baik. Kita akan melakukan pilot project ini sampai 2019," kata Wiendra. Selanjutnya, pemberian vaksin serupa akan dilakukan di daerah lain.
Berdasarkan data 2009 dari Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan, pneumonia termasuk delapan besar penyebab kejadian rawat inap di Indonesia.
Tingkat rata-rata kefatalan kasusnya tinggi, yaitu 6,63%.
Sebanyak 50% penyebab pneumonia ialah bakteri Streptococcus pneumoniae, 20% akibat Haemophilus influenzae, dan 30% akibat virus, jamur, dan parasit lainnya.
Tidak paham
Ketua Unit Kerja Koordinasi Respirologi Pimpinan Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Nastiti Kaswandani, mengatakan pneumonia ialah pembunuh utama anak balita.
Pada 2015, total angka kematian anak balita di seluruh dunia mencapai 5,9 juta kasus, 16% di antaranya disebabkan pneumonia.
"Indonesia 1 dari 10 negara dengan angka kematian balita tertinggi pada 2015, yaitu mencapai kisaran 147 ribu. Dari seluruh kematian balita tersebut, 17% disebabkan pneumonia," ujarnya.
Nastiti mengatakan ketidakpahaman orangtua terhadap faktor-faktor penyebab dan gejala pneumonia kerap membuat penanganan terlambat.
Anak balita yang berdaya tahan tubuh belum maksimal rentan terhadap bakteri dan kuman yang dibawa orang dewasa di sekitarnya.
Selain itu, paparan asap rokok, pembakaran lain, serta polusi udara memicu dan memperparah kondisi mereka.
Menurutnya, cara terbaik mencegah pneumonia pada anak, selain vaksin, ialah dengan memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif selama enam bulan karena anak balita di bawah dua tahun menjadi yang paling rentan mengalaminya. (Pro/H-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved