Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
MENTERI Pendidikan dan Kebudayaan Muhajir Effendy menyatakan pihaknya masih mengkaji rencana tambahan belajar sekolah atau yang terkenal disebut full day school yang menuai pro dan kontra di masyarakat.
"Kami telah membentuk tim kajian bersama Balitbang (Badan Penelitian dan Pengembangan) dan Direktorat Jenderal Dikdasmen (Pendidikan Dasar dan Menengah) Kemendikbud. Wacana ini masih uji publik. Jadi saya berterima kasih atas masukan dan kritikan masyarakat. Lebih baik saya di-bully sekarang ketimbang nanti bermasalah. Jika kajian selesai, saya sebagai pembantu presiden akan menyerahkan pada presiden," kata Muhadjir pada konferensi pers di Jakarta, Selasa (9/8).
Saat memberi keterangan, Menteri didampingi Sekjen Kemendikbud Didik Suhardi, Dirjen Dikdasmen Hamid Muhammad, Dirjen Guru Sumarna Surapranata, dan Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid.
Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu menegaskan ingin menjadikan sekolah sebagai rumah kedua. "Mereka (pelajar) tidak lagi di mal atau di tempat-tempat yang tidak produktif. Sehingga kegiatan sekolah menghindarkan anak dari pengaruh buruk," cetusnya.
Menurut Muhadjir, rencana tambahan jam belajar tidak dalam bentuk mata pelajaran tetapi dengan bentuk kegiatan ekstrakurikuler yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa.
Hamid menambahkan, pihaknya masih akan mengkaji bersama dengan tim pakar pendidikan dan psikolog untuk mematangkan rencana Mendikbud tersebut.
"Kami akan pelajari juga sekolah yang menerapkan full day school seperti apa," ujarnya.
Dia mengaku belum dapat merinci lebih lanjut tentang penerapan tambahan jam belajar di sekolah itu.
Adapun Sumarna menambahkan dengan rencana tambahan jam belajar siswa tersebut menjadi kesempatan bagi guru dapat memenuhi persyaratan 24 jam per minggu tanpa keharusan tatap muka.
"Ini sedang kita rumuskan juga bagaimana kegiatan ekstra kurikuler yang diajarkan guru menjadi tambahan ekuivalennya," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Sekolah SMP Lab School Cibubur Jakarta Uswadin Usman berpendapat, full day school harus dipertimbangkan suasana dan lingkungan sekolah serta dukungan sarana prasarana sekolah. Tidak kalah pentingnya dukungan orangtua dan guru.
"Jika sarana sekolah sangat terbatas dan anak dipaksa full day di sekolah akan terjadi kebosanan karena siswa tidak bisa beraktivitas hal yang menyenangkan dan menantang," ujarnya.
Sedangkan dukungan orangtua dinilai karena siswa ke sekolah membutuhkan asupan nutrisi yang cukup yang dari rumah. Begitu pun dukungan guru, jangan sampai siswa di sehari penuh di sekolah tidak didampingi guru yang mengerti kebutuhan ektrakurikuler para siswa.
"Guru harus disiapkan untuk materi dan strateginya dalam mendampingi siswa di sekolah," tukasnya.
Ia mengingatkan dalam beberapa kasus masih banyak siswa yang harus membantu ekonomi orangtua dengan bekerja usai sekolah dan di beberapa tempat ada siswa yang saat sorenya belajar agama di sekolah diniyah. Ini menjadi pekerjaan rumah berikutnya.
"Jadi, selama siswa, orangtua dan sekolah belum siap full day, maka jangan dipaksakan. Kecuali jika pemerintah bisa menjamin nutrisi (asupan makanan yang bergizi) siswa di seluruh sekolah sehingga siswa tetap kuat dan nyaman di sekolah," tegas Uswadin yang mengaku pihaknya telah melaksanakan full day school sejak lama.
Praktisi pendidikan Indra Charismiaji menyatakan setuju dengan penambahan jam belajar siswa tersebut. "Sebetulnya tujuannya baik karena anak-anak akan lebih termonitor tidak ada lagi yang nongkrong tidak jelas, bahkan tawuran, berteman dengan pengedar narkoba, mengakses konten negatif di warnet dan sebagainya," ujarnya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved