Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Spektrum Kehidupan

Hariyanto Kepala Divisi Foto dan Artistik Media Indonesia
12/6/2016 02:20
Spektrum Kehidupan
(Ilustrasi Dok MI)

BUKU merupakan salah satu penanda zaman. Setiap kelahirannya menorehkan jejak pada sejarah. Ia bukan penakar kadar kreativitas belaka, melainkan juga sebagai indikator kredibilitas para pembuatnya. Begitu pula galibnya pada penerbitan buku fotografi Spektrum Kehidupan. Sebuah buku yang menghimpun kembali kisah-kisah dalam rubrik Foto Media Indonesia. Pada rubrik yang terbit setiap edisi Minggu itu kita dapat 'menikmati' beragam lakon kehidupan. Ada kegetiran, ke sedihan, kebahagiaan, dan tentu saja harapan. Mulai kisah anak-anak rimba di pedalaman hutan Sumatra hingga potret perempuan pekerja migran yang menyabung nyawa di negeri orang. Ada pula lakon jiwa-jiwa jelata yang bekerja tanpa pamrih demi kemajuan bangsa. Sebaliknya, potret buram keserakahan pejabat yang menggangsir uang negara bersama keluarganya juga kami tampilkan. Beragam drama kehidupan itu kami bentangkan kembali dalam Spektrum Kehidupan melalui subtema kemanusiaan, pendidikan, politik, kebudayaan, dan lingkungan, dalam 47 cerita nyata di sekeliling kita.

Buku ini mencuplik peristiwa menjadi bingkaibingkai imaji yang tidak saja menampilkan fakta, tetapi juga meramunya dalam pendekatan fotografi dengan keunikan momen, angle, pesan, dan keartistikannya. Itulah yang membuat kami, tim foto Media Indonesia, harihari ini dilingkupi rasa penasaran menunggu respons pembaca atas buku perdana yang kami terbitkan. Harapan kami tentu saja ingin buku tersebut dapat mem bangkitkan inspirasi, mengasah imajinasi, hingga akhirnya mampu menyalakan api kreativitas bagi pembacanya. Bahkan, memiliki daya untuk mengubah keadaan dan memengaruhi jalannya kehidupan. Spektrum Kehidupan sejatinya merupakan ikhtiar kami dalam mengodifikasi karyakarya yang selama ini berserak di 'gudang' penyimpanan.

Kami bertekad menyalin rupa serpihan itu menjadi sebuah mozaik bertutur bagai pahatan di dinding-dinding candi dan menjadi kolase visual fragmen kehidupan. Inilah buku perdana wujud mimpi kami sebagai jurnalis foto. Buku yang menjadi catatan visual dan jejak bahwa ka mi tak hanya berdiam di ujung jalan. Buku yang menjadi buah pengembaraan kami melangkah menyusuri sudut-sudut kota, juga menyisir setiap jengkal tanah desa. Dari matahari belum lagi naik sejengkal hingga gelap malam. Sastrawan besar Jerman Jo hann Wolfgang von Goethe mengungkapkan, "Mengetahui saja tidak cukup, kita harus menerapkannya; berkeinginan saja tidak cukup, kita harus bergerak. Jika mimpi ialah ji wanya, tindakan ialah raganya.

" Kami amat berhasrat Spektrum Kehidupan mampu meng alirkan makna hingga menyentuh sisi terdalam rasa. Namun, kami menyadari bahwa makna pada fotografi , terutama fotografi jurnalistik, sejatinya membuka ruangruang argumentasi dan ruparupa tafsir. Makna juga merangsang sen sitivitas rasa, kreativitas, dan kecerdasan seseorang. Ia membawa kekuatan kodrati fotografi yang bersifat otonom. Dari makna itulah kita dapat merasakan perayaan intelektualitas para pembuatnya. Kami menyadari 'semua gading pasti retak'. Begitu juga Spektrum Kehidupan. Namun, kami juga meyakini, ini hanyalah prolog. Dengan segala keresahan, totalitas, serta pengabdian pada profesi dan institusi, kami akan terus mengembara hingga kelak bertemu epilog yang indah. (M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya