Headline

Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.

Fokus

Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.

Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Harus Jaga Kearifan Lokal

Putri Anisa Yuliani
06/11/2018 14:55
Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Harus Jaga Kearifan Lokal
(MI/Putri Anisa Yuliani)

PEMBERDAYAAN Komunitas Adat Terpencil (KAT) penting untuk menjamin kelangsungan hidup warga anggota komunitas tersebut. Namun, antropolog dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Rusmin Tumanggor menegaskan upaya pemberdayaan tidak boleh meninggalkan kearifan lokal yang ada.

Rusmin yang juga anggota tim pakar pemberdayaan KAT Kementerian Sosial menjelaskan tujuan pemberdayaan bukan semata memodernisasi masyarakat, tetapi membantu kehidupan mereka agar lebih tertata, sehat, dan tidak tertinggal perubahan zaman. Sehingga mereka mampu beradaptasi pada perubahan-perubahan yang ada.

Ia mencontohkan dalam hal bantuan pembangunan rumah tinggal, seharusnya pemerintah bisa membudidayakan rumah tradisional. Intervensi tetap bisa dilakukan, dengan membuat inovasi agar masyarakat yang tinggal bisa tetap terjaga kesehatan dan kebersihannya.

"Saya ke Manokwari. Pemerintah membangunkan rumah dari batu bata seperti di Jawa. Mereka tidak mau. Mereka ingin rumah seperti rumah tradisional. Ya kita bikinkan. Karena itulah jati diri mereka, tapi dengan perubahan, misal ada ventilasi karena aslinya tidak ada. Agar tidak terkena penyakit Ispa," terang Rusmin, Selasa (6/11).

Baca Juga:

Komunitas Adat Terpencil Harus Dapat Pemberdayaan Mitigasi Bencana

 

Dalam pertemuan yang dihadiri Menteri Sosial Agung Gumiwang Kartasasmita itu, Rusmin juga merekomendasikan pengubahan pola mata pencaharian secara bertahap, dari berburu dan meramu, menjadi bertani dan beternak.

 

Pemerintah bisa memberikan pelatihan budi daya pertanian yang cocok dengan pola konsumsi masyarakat. Selain itu, juga memberikan pelatihan peternakan hewan yang berpotensi di daerah KAT.

"Misalnya di Papua yang berharga adalah babi. Nah, bisa saja babi itu diekspor ke negara-negara yang mengonsumsi babi seperti Tiongkok dan Korea Selatan. Jadi hal-hal inilah, tidak meninggalkan adatnya tetapi tetap bisa membantu kehidupan mereka," tandasnya.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya