Headline
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
BATIK merupakan warisan sandang yang identik dengan kekayaan budaya Indonesia. Pun, keindahan dan keunikan kain yang kini lazim dipakai dalam resepsi pernikahan hingga acara kenegaraan itu telah memikat banyak pihak. Nyaris semua suku bangsa di Tanah Air memiliki corak dan motif batik tersendiri, termasuk Papua.
Batik dari Bumi Cenderawasih itu biasanya berwarna cerah dengan corak karomo (patung berdiri) atau motif patung kayu dan tameng kayu khas suku Asmat.
Sayang seribu sayang, batik yang mestinya menjadi buah tangan dari Papua itu kini dengan mudahnya ditemukan di toko-toko batik di Pulau Jawa. Produksi asli Papua? Tidak, perajin batik di Jawa kini memproduksi batik Papua lantaran meningkatnya permintaan pasar semata.
Menurut Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Papua Joko Supratikto, hal itu tidak bisa dihindari lantaran kain batik Papua yang asli dibuat masyarakat Papua juga mengambil bahan baku dari Jawa.
“Kalau asli (diproduksi) Papua, harus bersaing dengan batik Papua yang diproduksi di Pekalongan. Nah, sekarang bagaimana kita mengenalkan ini, batik Papua yang dibuat asli orang Papua,” ucap Joko di sela pameran karya kreatif Indonesia, Jakarta, kemarin.
Apalagi, imbuhnya, batik buatan perajin dari Jawa berkualitas lebih baik daripada yang dibuat perajin asal Papua. “Perajin batik asal Papua belum terlatih benar karena memang membatik masih terbilang baru di sana.”
Namun, Joko menilai masih ada peluang usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) batik di Papua berkembang di masa depan. Jika perajin batik asal Papua bisa terus dilatih, bukan hal yang tidak mungkin batik asli Papua bisa bersaing di masa depan.
“Kita mau minta pembatik dari Jawa untuk melatih mereka di Papua,” tuturnya.
Pasokan bahan baku kain yang bergantung pada Jawa membuat biaya produksi batik asli Papua melonjak 140%-150% dari yang dibuat di Jawa. Akibatnya harga kain batik asli Papua yang ada di pameran tersebut paling murah Rp200 ribu per meter.
Salah seorang perajin batik asal Papua, Mariana Hibopulandan, mengatakan kain batiknya banyak digemari wisatawan asing. Sayangnya, pesanan turis Singapura itu sering tidak bisa ia penuhi lantaran belum mampu memproduksi batik dalam jumlah banyak.
“Kita buat dari pesanan. Kita jual juga ke Freeport. Dari Singapura juga ada yang minta, tapi kami tidak sanggup. Berkoli-koli (berdus-dus) pesannya,” imbuh perempuan yang akrab disapa Mama Mariana.” katanya.
Wanita yang biasa disapa Mama Mariana itu bahkan menyatakan kain batiknya digemari oleh wisatawan asing. saat ini BI mempunyai UMKM binaan di Papua. Beberapa di antaranya, di sektor ekonomi kreatif dan pemberdayaan perempuan, termasuk UMKM batik. (Jessica Sihite/E-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved