Pelatihan SKK Bidang Konstruksi Hasilkan Tukang Berkualitas

GERMAN Federal Ministry for Economic Cooperation and Development (BMZ), PT Tatalogam Lestari, PT Tata Metal Lestar, dan Habitat Humanity Indonesia, menggelar program peningkatan ekonomi masyarakat berpenghasilan rendah di Provinsi Banten melalui akses pelatihan Sertifikasi Kompetensi Kerja (SKK) di bidang konstruksi. Program yang berlangsung mulai 20 hingga 30 September 2023 ini melibatkan Pemerintah Kabupaten dan Kota Tangerang, Banten, serta lima perusahaan swasta di sektor pengadaan bahan bangunan, termasuk Tatalogam Lestari (Tatalogam Group) sebagai produsen rangka dan atap baja ringan di Indonesia.

Program Development Specialist Habitat Humanity Indonesia, Yudha Winarno, menilai ada dua hal mendasar sehingga program ini penting dilakukan. Pertama, masih banyak rumah di Indonesia yang dibangun tidak sesuai dengan building code atau standar bangunan layak huni, baik secara konstruksi maupun sosial. Padahal Indonesia terletak di cincin api dunia sehingga berisiko tinggi untuk terpapar bencana seperti gunung meletus, gempa bumi, dan tsunami.

"Ketika ada bencana banyak korban meninggal sebenarnya bukan hanya karena akibat gempa, tetapi justru karena rumah tidak layak huni karena secara struktur rentan dan mudah roboh sehingga membuat korban bertambah. Ini penting karena mandat Habitat selain sebagai organisasi nonprofit yang ingin memberikan bantuan rumah layak huni dan fasilitas dasar seperti toilet dan akses air bersih, kita juga concern untuk melakukan respons kebencanaan," terang Yudha dalam keterangan tertulis, Jumat (22/9/2023).

Baca juga: Bank Sentral Jepang Tetap pada Kebijakan Moneter sangat Longgar

Kedua, Yudha menambahkan, kegiatan ini digelar untuk mendukung program pemerintah yang mewajibkan bahwa tukang-tukang itu harus memiliki standar kompetensi kerja. Ini dibuktikan dengan SKK atau Sertifikat Kompetensi Kerja. Selain itu, langkah ini merupakan bagian dari upaya bersama dalam pengentasan masyarakat miskin di Provinsi Banten. 

"Kebetulan di proyek ini kami menyasar di dua titik kabupaten dan kota, yakni DLK Jayanti Kabupaten Tangerang dan DLK Cipondoh, Kota Tangerang. Dalam kegiatan ini kita menyasar 600 tukang yang berada dalam kelompok ekonomi masyarakat paling bawah. Biasa kita sebut sebagai masyarakat berpenghasilan rendah. Itu total tukang yang akan kita latih sebanyak 600 orang terdiri dari tiga angkatan. Tahun ini kita melatih 210 orang, nanti sisanya di 2024 di semester pertama dan semester akhir," terang Yudha.

Baca juga: Tarik Investasi, PM Thailand Temui Musk dan Perusahaan Teknologi

Untuk itu, Yudha sangat mengapresiasi kehadiran pihak yang terlibat dalam program ini, termasuk Tatalogam Lestari yang ikut berperan dalam melakukan pelatihan dan sertifikasi untuk para aplikator baja ringan. Yudha optimistis dengan kehadiran pihak swasta seperti Tatalogam Group dapat memberikan kontribusi terhadap upaya pengentasan kemiskinan dan pengadaan hunian layak sebagai bagian dari tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).    

Vice Presiden Tatalogam Group Stephanus Koeswandi menjelaskan SKK di bidang konstruksi sangat penting karena tidak hanya mampu meningkatkan kompetensi pekerja, tetapi yang lebih penting ialah kaitannya dengan kualitas konstruksi yang mereka kerjakan. Dengan tenaga kerja konstruksi bersertifikat, keamanan bangunan konstruksi lebih terjamin. Dengan begitu kejadian seperti gagal konstruksi yang bisa berdampak pada jatuhnya korban jiwa dapat diminimalisasi.

"Penggunaan produk baja ringan yang sudah memiliki standar SNI ditambah dengan pengaplikasian tepat yang dilakukan oleh aplikator yang bersertifikat dapat menekan risiko gagal konstruksi. Untuk itu, sertifikasi aplikator baja ringan selama ini sudah menjadi agenda rutin perusahaan. Hasilnya, hingga saat ini sudah ribuan aplikator baja ringan yang sudah kami fasilitasi untuk mendapatkan sertifikasi dari BNSP," terang Stephanus. Kolaborasi itu, imbuhnya, merupakan salah satu bentuk implementasi dari kebijakan perusahaan yang mengarusutamakan kebijakan hijau berkesinambungan dalam manajemen dan operasi produksi dengan pilar ESG (environment, social and governance).

Totalitas Tatalogam Group dalam program ini memperoleh apresiasi dari Dewan Pertukangan Nasional yang menaungi 1,5 juta pekerja bangunan di Indonesia. Ketua Umum Dewan Pertukangan Nasional Muhammad Kuswadi menerangkan, kewajiban sertifikasi untuk para pekerja konstruksi sebenarnya tertuang dalam Undang-Undang Jasa Konstruksi Nomor 2 Tahun 2017 yang diperkuat dengan UU Cipta Kerja Nomor 11 Tahun 2020. Namun hingga saat ini masih banyak pekerja konstruksi yang belum mengantongi sertifikasi kompetensi kerja di bidang konstruksi.

"Menurut perhitungan kami, dengan total 150 juta jenis bangunan dibutuhkan 27 juta tukang. Saat ini yang terdaftar di Dewan Pertukangan Nasional baru 1,5 juta. Dari jumlah itu yang tersertifikasi totalnya baru 600 ribu. Itu pun masih satu jenis sertifikat saja," terang Kuswandi. Padahal, menurutnya, untuk pekerja bangunan keseluruhan dibutuhkan lima jenis sertifikat, seperti sertifikat aplikator baja ringan, plafon, dan plumbing. Sementara bagi para pekerja, sertifikasi merupakan barang yang mewah karena membutuhkan biaya. Namun dengan mengikuti program seperti ini, para pekerja dapat mendapatkan sertifikasi secara gratis. (Z-2)