Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
PERTAMINA, melalui anak usahanya PT Pertamina Hulu Energi (PHE), telah melakukan beberapa kajian selama transisi alih kelola 100% wilayah kerja (WK) Southeast Sumatra (SES) dari operator lama CNOOC SES Ltd. Hal itu untuk mengantisipasi penurunan produksi yang selalu membayangi sumur tua.
“WK SES merupakan lapangan yang telah mature, sehingga berbagai kajian terkait QHSSE penting agar PHE bisa mengimplementasikan operational excellence di lapangan SES,” ujar Pelaksana tugas harian Direktur Utama PHE Huddie Dewanto dalam sambutan pada acara alih kelola di Pulau Pabelokan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Kamis (6/9) pagi
Menurut dia, PHE telah melakukan kajian operasi dan Quality, Health, Safety, Security dan Environment (QHSSE) serta beberapa kali melakukan kunjungan lapangan. Itu untuk memastikan kelancaran alih kelola pascaterminasi, Pertamina melalui anak usahanya.
Wilayah Kerja SES merupakan salah satu pioneer dalam kontrak bagi hasil (PSC) lepas pantai di Indonesia. Kontrak bagi hasil WK SES ditandatangani pertama kali pada 6 September 1968 atau kini telah berusia 50 tahun.
Selama beroperasi, WK SES pernah mengalami masa puncak produksi pada Juli 1991 dengan produksi harian sebesar 244.340 bph.
Pada 20 April 2018, Pertamina mendapatkan penugasan pemerintah untuk mengelola 8 WK yang habis masa kontraknya pada 2018. Seratus persen participating interest delapan blok tersebut, salah satunya WK SES diserahkan kepada Pertamina.
Menurut dia, target jangka panjang lapangan yang sudah cukup lama dikelola tersebut, diharapkan dapat memberikan nilai positif bagi ketahanan energi nasional.
"Tantangan bagi kami adalah bagaimana mengoperasikan lapangan ini secara efisien tanpa mengesampingkan aspek HSSE dan Operational Excellence serta mencari terobosan-terobosan baru untuk meningkatkan produksi,” ujarnya.
Menghadapi tantangan tersebut, PHE OSES telah menyiapkan sejumlah rencana kerja untuk menahan laju penurunan alamiah di lapangan SES melalui komitmen tiga tahun, di antaranya adalah Studi Geology, Geophysics, Reservoir and Production (GGRP), studi Enhanced Oil Recovery (EOR), Seismik, workover dan well services, field reactivation, pemboran infill, serta perawatan, inspeksi dan sertifikasi kehandalan fasilitas.
Selain itu, sebagai bagian dari penandatanganan PSC-Gross Split, kontraktor mendapatkan bagian split sebesar 68,5% untuk produksi minyak dan 73,5% untuk produksi gas bumi. Bagian split tersebut telah memperhitungkan base dan variable split berdasarkan Peraturan Menteri ESDM No. 52 tahun 2017.
“Dengan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki Pertamina, kami yakin mampu mengoperasikan WK SES untuk menjaga ketahanan energi nasional,” pungkasnya. (OL-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved