Agar sang Juara Sejahtera

SUDAH bukan pemandangan baru lagi ketika para juara kini hanya menjadi penjual minuman dan makanan di seputar kompleks Senayan, Jakarta. Bahkan, ada pula yang menjadi petugas keamanan sebuah diskotek.

Yang terakhir itu pernah dijalani mantan juara dunia tinju kelas bantam junior IBF, Ellyas Pical. Petinju asal Saparua, Maluku, itu tidak memiliki pekerjaan tetap seusai pensiun dari dunia tinju. Untuk menyambung hidup, petinju yang dijuluki the Exocet karena memiliki pukulan tangan kiri mematikan itu sempat beberapa kali ikut laga ekshibisi dengan penghasilan per kemenangan sekitar Rp5 juta hingga Rp10 juta.

Nasib Ellyas membaik kala Ketua KONI (2003-2007), Agum Gumelar, mengangkatnya menjadi asisten. Pada kepengurusan selanjutnya hingga saat ini, Ellyas menjadi staf karyawan. Sehari-hari ia melakukan pekerjaan memfotokopi, mengirim surat, merapikan arsip, dan administrasi lainnya.

Ellyas menjadi contoh nyata nasib mantan-mantan atlet yang harus berjuang hidup pascapensiun. Yang teranyar ialah mantan pemain tim nasional Anang Ma'ruf yang menjadi pengemudi Go-Jek.

Banyak mantan juara lainnya yang bernasib lebih nelangsa. Padahal, mereka telah mendedikasikan hidup dan masa depan untuk mengibarkan bendera Merah Putih di ajang olahraga dunia. Kemapanan pun hanya menjadi angan-angan belaka bagi mereka.

Karena itu, tidak mengherankan jika profesi atlet menjadi pilihan yang kurang diminati. Tidak jarang atlet-atlet berbakat akhirnya memilih sekolah atau pekerjaan lain.

Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi belum lama ini juga menjanjikan para olimpian (atlet yang berlaga di olimpiade) Indonesia yang mendapat medali akan diberi uang bulanan hingga mereka tutup usia nanti. "Rencana ini bentuk apresiasi selain bonus. Besarannya sudah ada gambaran, tapi mengenai aturannya masih menunggu peraturan menteri keuangan," papar Imam di kediamannya, Rabu (2/9) malam. (Fik/Gnr/M-5)