Songket Lintau dan Sulam Suji yang Lebih Wearable

ADELIA Pasha, istri musisi Pasha ‘Ungu’, tampak begitu cerah berjalan di panggung peragaan itu. Bukan hanya karena senyumnya, penampilannya cerah juga berkat gaun a-line berlapis dan berlengan balon berwarna kuning lemon.

Aksen cape mini berwarna biru cerah dan warna yang sama pada bagian tangan menghadirkan permainan warna yang fun. Jika diperhatikan lebih saksama, gaun itu semakin menarik dengan detail bordir motif adati yang mendominasi busana, tapi tetap terlihat ‘malu-malu’ karena disamarkan dengan kain tile yang menjadi lapisan luar.

Pada busana lainnya, motif serupa sebagai detail bordir dengan benang berwarna perak juga muncul pada bagian kerah, pinggiran cropped-jacket, bahkan ikat pinggang. Sementara siluet busana modest yang ditampilkan tidak hanya a-line, tapi juga serba tumpuk dengan beragam luaran, seperti yang dikenakan presenter Fenita Arie. Semua busana itu juga serba berkilauan dan mewah, baik dengan sematan manik-manik kecil di sekujur busana ataupun dengan batuan yang lebih besar pada beberapa bagian saja.

Baca juga : Pesona Alam Resort & Spa Gelar Virtual Fashion Show

Itu merupakan koleksi dari desainer Kursien Karzai dengan nama merek fesyen yang sama. Bertajuk Coccinelle, koleksi yang diperagakan di hari terakhir Muslim Fashion Festival (Muffest)+ 2024 Road to In2mf, Minggu (10/8), di Istora Senayan, Jakarta Pusat, itu mengangkat tenun songket dari Lintau, Sumatra Barat.

”Motif (tenun songket) bukan yang pakai benang emas, jadi yang motif yang lebih kasual aja. Karena memang saya mintanya yang lebih wearable dan tidak mahal, karena sayang kalau songket yang mahal digunting-gunting. Dan saya juga minta warnanya yang lembut,” kata Kursien saat ditemui Media Indonesia.

Selain dari label Kursienkarzai, koleksi yang mengemas detail adati dengan tampilan yang segar ialah label Wignyo dari desainer Wignyo Rahadi. Peragaan busananya bertajuk Bungo Suji. Tajuk itu menyiratkan bahasa Minang ‘Motif bungo jo daun suji’ yang dalam bahasa Indonesia memiliki arti ‘Motif bunga dan daun Suji’.

Baca juga : Outer Pelindung Diri

Koleksi ini terinspirasi dari pancaran keanggunan dan kecantikan wanita Minang yang dituangkan dalam busana ready to wear mewah. Teknik sulam suji dibuat oleh ibu-ibu di Koto Gadang yang merupakan binaan PT Pegadaian. Ornamen sulam suji kemudian dikombinasikan dengan teknik patchwork dari kain tenun ATBM (alat tenun bukan mesin). Teknik perca itu, dikatakan, dibuat dengan seminimal mungkin menghasilkan limbah sisa kain.

Koleksi terdiri dari gaun panjang, blus, celana panjang, hingga beragam luaran dengan penggunaan aksentuasi berupa ikat pinggang obi, detail ruffle, kerut, dan lipit. Wignyo mengatakan teknik sulam suji diangkat agar semakin dikenal oleh masyarakat. “Saya punya inisiatif untuk dibuat jadi baju, tujuannya bahwa kita kalau mau mempromosikan, menyosialisasikan sulam suji itu harus berupa baju. Kalau selendang, jarang dipakai,” ucapnya.

Muffest+ 2024 Road to In2mf yang digelar oleh Indonesian Fashion Chamber (IFC) berlangsung sejak 8 Agustus 2024. Dalam gelaran ke-9 ini ada lebih dari 175 label ambil bagian, baik lewat peragaan busana, pameran dagang, hingga gelar wicara. (M-1)