Makin Dewasa, Ben dan Jody Angkat Isu Sosial

Lima tahun lalu, karakter Ben dan Jody muncul lewat film Filosofi Kopi - - diangkat dari karya tulis Dewi Lestari, yang juga turut merangsang pertumbuhan industri kopi Indonesia. Kini, film ketiga Filosofi Kopi pun sudah selesai diproduksi. Sutradara Angga Dwimas Sasongko membagikan sedikit cerita tentang perjalanannya.

Bila melihat sedikit cuplikan Ben & Jody yang diputar saat acara Panjang x Lebar oleh asosiasi sutradara IFDC (Indonesian Film Directors Club), lanskap penceritaan Filosofi Kopi 3 tidak lagi sekadar berbicara tentang bisnis atau persahabatan.

Secara eksplisit, tampaknya sutradara Angga Sasongko juga memasukkan isu konflik agraria.

Beberapa adegan laga juga muncul, dan secara dominan mengambil latar di hutan. Setelah menonton cuplikan, Angga pun sedikit membocorkan mengenai perjalanan film ketiga dari waralaba Filosofi Kopi ini, yang semula hendak dirilis tahun lalu.

"Gue selama lima tahun ini tuh sebenernya enggak bisa keluar dari Ben dan Jody. Karena setiap hari juga bertemu dengan Chicco (Jerikho) dan Rio (Dewanto). Kami bikin film (Filkop) dari 2015, dari belum punya anak sampai sekarang sudah jadi bapak-bapak. Akhirnya saya juga merasa kalau karakter Ben dan Jody pun ya sama seperti kami, tumbuh selama lima tahun ini," kata Angga, dalam kesempatan program Hari Film Nasional Panjang x Lebar IFDC, di Metropole Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (30/3).

"Jadi kalau bikin lagi, jangan dengan range yang sama. Kalau isunya soal bisnis atau persahabatan lagi, sudah enggak ada yang bisa dieksplorasi," tambahnya.

Diproduksi setelah Story of Kale, Ben & Jody melibatkan sekitar 250 kru dengan total syuting 70% berada di hutan, 10% di perkebunan sawit, dan 20% di permukiman. Selama syuting pun, seluruh kru dikarantina di dalam hutan lantaran mengingat banyaknya latar yang digunakan di hutan. (M-2)