Solidaritas Teddy Darmawan untuk Penderita Kanker

S TEDDY Darmawan adalah seniman rupa yang tak pernah puas dengan media tunggal konvensional. Karya-karyanya, seraya bolak-balik antara dwimatra dan trimatra, dekat dengan bentuk-bentuk populer yang sarat dengan humor dan sarkasme halus.

Menurut Teddy, jejak bisa tertinggal di mana-mana. Salah satu jejak yang memukau S Teddy di antaranya ada di Museum Monumen Pangeran Diponegoro Sasana Wiratama, Yogyakarta. Di sana, Teddy mendapati ada sebuah kursi koleksi museum yang menyimpan catatan tak biasa tentang jejak tangan Pangeran Diponegoro. Di pegangan kursi itu konon kegeraman Diponegoro yang sangat marah terhadap penjajah Belanda, bisa terlihat.

Dari situlah ide karya I Was There tertuang. Di kursi yang diresponnya, Teddy sengaja meninggalkan jejak pantat, punggung, tulang belakang dan jari-jari serta telapak kedua tangannya sendiri. "Kursi itu saya andaikan tempat di mana saya pernah menderita kanker, sementara saya menganggap diri saya seorang survivor," kata Teddy, yang pernah menjalani operasi pengangkatan tumor di tubuhnya.

Karya Teddy ini dipamerkan dalam acara CHAIRITY Indonesia 2016 Arts & Design Against Cancer yang diselenggarakan di lantai 1 Plaza Indonesia mulai 1 April sampai 24 April 2016. Even ini memamerkan 50 seniman ternama dari Indonesia dan Singapura.

Teddy adalah perupa keluaran ISI Yogyakarta. Pada 2000 ia menjadi seniman mukiman di Ludwig Art Forum, Aachen, Jerman. Ia juga pernah memamerkan karyanya, Beyond the Self, di The National Portrait Gallery, Canberra, Australia (2011). Sementara instalasi besarnya berjudul “The Temple (Love Tank)” di Singapore Art Museum (2010) menandai masuknya Teddy di dalam khazanah instalasi ukuran monumental. (OL-1)