Refleksi vs Resolusi, Anda Pilih Mana?

BANYAK orang telah mengunggah soal resolusi tahun 2021 mereka di medsos. Jika tahun-tahun sebelumnya anda juga melakukannya namun terasa berat di tahun ini maka tidak perlu memaksakan diri.

Masih berlangsungnya pandemi, bahkan dengan tingkat kasus yang terus naik di banyak negara, memang membuat tekanan hidup yang berat. Untuk anda tidak perlu menambah beban dengan segera membuat resolusi.

Beberapa ahli pun menyarankan ada baiknya mengganti resolusi tahun baru dengan refleksi terhadap tahun yang telah dilewati. Dengan refleksi, anda bisa lebih banyak bersyukur, termasuk terhadap diri sendiri. 

Hal itu pula yang disarankan oleh Kelly McGonigal, psikolog kesehatan dan dosen di Universitas Stanford, Amerika Serikat. "Melihat ke belakang akan membantu seseorang membangun nilai-nilai baik yang telah dipelajari, bahkan mungkin menemukan beberapa kebiasaan positif yang pernah dilakukan tapi tidak disadari," katanya, dilansir dari Nytimes, Jumat (1/1).

Penulis buku berjudul The Willpower Instinct itu menjelaskan jika refleksi yang dibutuhkan saat ini adalah pandangan yang nyata, jujur dan penuh kasih pada apa yang telah hilang dan apa yang ingin untuk diingat tentang tahun 2020. Dengan refleksi pula sesungguhnya orang mempersiapkan diri melangkah maju.

Sementara, mengenai resolusi, sebuah studi secara konsisten menunjukkan bahwa resolusi Tahun Baru tidak berhasil. Sampai pada bulan Februari, kebanyakan orang telah meninggalkan resolusi mereka.

Banyak pula resolusi yang membuat orang justru inheren mengkritik diri sendiri. Resolusi juga kerap diartikan dengan membuat target untuk perubahan fisik, seperti menurunkan berat badan. Akibatnya, orang bisa berpikir bahwa perubahan fisik menjadi faktor utama perubahan hidup.

Penelitian, kata dia, justru menunjukan menunjukkan bahwa salah satu cara terbaik untuk mengubah perilaku dan membentuk kebiasaan baru adalah menggabungkannya dengan perilaku yang sudah ada. Dalam ilmu perilaku hal itu disebut "pembentukan kebiasaan" disebut "stacking" atau menumpuk.

Itulah alasan dokter, misalnya, menyarankan untuk minum obat baru pada saat yang sama ketika menyikat gigi atau minum kopi pagi. Artinya, seseorang kata Kelly,  lebih mungkin mengingat untuk minum pil disertai dengan kebiasaan yang sudah ada. 

Jadi sesungguhnya, membuat perubahan yang baik tidak mesti dengan mengubah apa yang sudah ada. Melainkan mempertahankan hal-hal baik dan menambahkan dengan hal positif lainnya. 

Menghadapi tahun baru dengan lebih berfokus pada mencintai diri sendiri juga diungkapkan penulis buku Gaslighting: Recognize Manipulative and Emotionally Abusive People and Break Free Stephanie Moulton Sarkis, Ph.D. Dalam tulisannya di psychologytoday.com, Jumat (1/1), ia mengungkapkan jika self-compassion atau menyayangi diri sendiri lebih penting daripada menetapkan resolusi di awal tahun 2021. 

"Alih-alih menetapkan tujuan untuk diri sendiri pada tahun 2021, pertimbangkan untuk hanya berfokus pada menyayangi diri sendiri. Tujuan dari welas asih ini adalah memperluas kebaikan untuk diri sendiri. Anda memperlakukan diri sendiri seolah-olah Anda adalah teman terbaik Anda. Kasih sayang diri tidak hanya membantu Anda merasa lebih baik, tetapi juga menuntun pada kasih sayang yang lebih besar kepada orang lain," ungkapnya.

Ia lelanjutkan, salah satu cara mempraktikkan welas asih diri bisa lewat meditasi. Saat bermeditasi, sadarilah bahwa manusia memang tidak sempurna, termasuk anda.

Selain itu, menyayangi diri sendiri bisa dilakukan dengan keluar dari zona nyaman dengan cara yang sehat. Ketika menghadapi kesulitan, fokuslah pada apa yang telah dipelajari dari pengalaman tersebut, daripada menyalahkan diri sendiri tentang keputusan yang dibuat. (M-1)