Antara Puasa dan Pesta Bola

WAKTU berpuasa di Prancis tahun ini menjadi yang terpanjang dalam 33 tahun terakhir, yakni 19 jam. Bagi muslim yang tidak bertempur di Piala Eropa 2016, mungkin itu bukanlah perkara besar, tapi tidak bagi para pesepak bola Eropa.

Pemain tim nasional Jerman, Mesut Ozil, misalnya, ia sudah mengumumkan tak akan berpuasa selama Piala Eropa berlangsung. Gelandang Arsenal itu akan mengganti puasa Ramadannya setelah perhelatan Piala Eropa selesai.

Pemain asal Arsenal itu merasa tak mungkin bisa berlatih keras dan bertanding dalam keadaan tidak makan maupun minum. Padahal, pria yang sempat menjalani ibadah umrah sebelum Euro 2016 itu menjadi salah satu pemain muslim yang tetap berpuasa saat gelaran Piala Dunia 2014 di Brasil yang juga bertepatan dengan Ramadan.

"Cuaca terlalu panas karena memang tengah musim panas. Kami memiliki jadwal latihan fisik intens dan pertandingan berat, jadi tidak mungkin untuk saya berpuasa," kata Ozil yang mengaku pihaknya sudah berkonsultasi dengan otoritas ulama di Jerman.

Para pemain muslim di timnas Prancis pun kompak menunda puasa. Tercatat, ada lima pemain Les Bleus yang beragama Islam, yakni N'Golo Kante, Adil Rami, Paul Pogba, Bacary Sagna, dan Moussa Sissoko.

Pelatih Prancis Didier Deschamps memastikan keputusan itu tidak ada hubungannya dengan kebijakan tim. Ia bahkan menjamin para pemain yang beragama Islam di timnya mendapat makanan halal selama pesta sepak bola Eropa empat tahunan itu berlangsung.

Pemain timnas Belgia, Marouane Fellaini, juga memutuskan absen menjalankan ibadah puasa. Pria yang belakangan di-bully netizens karena warna rambutnya itu juga tidak berpuasa saat Piala Dunia 2014 dan memilih membayar fidiah sebagai pengganti puasanya.

Tim Turki dan Albania juga berisi pemain yang mayoritas muslim dan para pelatihnya membebaskan para pemain untuk berpuasa.