Musim Terakhir Ronaldo dan Messi

DALAM dua dekade terakhir, dunia sepak bola boleh dikatakan hanya menjadi milik dua pemain, Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi. Ukuran sederhananya bisa dilihat dari jumlah penghargaan terbaik dunia yang mereka raih. Ronaldo lima kali meraih Ballon d’Or, Messi tujuh kali mendapatkannya.

Selama dua dekade, mereka selalu berhasil mengangkat klub masing-masing bermain ke jenjang yang paling tinggi. Manchester United, Real Madrid, Juventus merasakan kejayaan saat Ronaldo bergabung. Messi melambungkan klub yang membesarkannya, Barcelona.

Satu yang tidak sanggup mereka lawan ialah waktu. Di usianya yang sudah memasuki 37 tahun, Ronaldo pun secara perlahan mulai pudar bintangnya. Demikian pula Messi yang sudah menginjak usia 35 tahun.

Musim lalu keduanya mencoba melakukan petualangan baru. Ronaldo mencoba membangunkan kembali klub lamanya, 'Setan Merah'. Messi mencoba peruntungan di klub barunya, Paris Saint Germain. Sesekali memang mereka masih menunjukkan sisa-sisa kehebatan. Namun, mereka bukannya ‘Messiah’ yang bisa mengubah segalanya menjadi besar.

Ronaldo masih bisa menyumbangkan 18 gol bagi Manchester United di musim lalu, tetapi 'Setan Merah' gagal untuk bisa menembus Liga Champions. Messi bahkan hanya mendapat kesempatan 26 kali tampil sepanjang musim lalu dan hanya bisa mencetak 6 gol untuk PSG.

Ronaldo dan Messi bukan lagi menjadi pemain utama yang selalu mendapatkan tempat di dalam tim. Mereka hanya menjadi pilihan untuk menciptakan mukjizat dalam meraih kemenangan.

Tidak mengherankan apabila keduanya lebih sering frustrasi di lapangan. Akurasi, ketenangan, ketajaman pun secara perlahan mulai menjauhi mereka. Bahkan bola mudah pun kini tidak bisa membuahkan gol indah seperti dulu.

 

Mencari rumah 

Menjelang akhir perjalanan kariernya, Ronaldo masih mencoba melanjutkan petualangan. Ia masih berharap ada kesempatan tampil di Liga Champions musim ini. Ia pun berharap bisa bergabung dengan klub yang memiliki tiket di Liga Champions.

Salah satu yang ia incar ialah Chelsea. Ketua baru Chelsea, Todd Boehly, ingin membangun the Blues yang lebih besar daripada saat dimiliki konglomerat Rusia, Roman Abramovich. Boehly selama ini menjadi pemilik klub bisbol Los Angeles Dodgers dan klub basket LA Lakers serta LA Sparks.

Namun, pelatih Thomas Tuchel tidak melihat Ronaldo sebagai pemain yang dibutuhkan timnya. Ia sudah memiliki penyerang-penyerang muda, seperti Kai Havertz dan Timo Werner. Bahkan, terakhir, Chelsea berhasil memboyong Raheem Sterling dari Manchester City.

Ronaldo pun harus menutup mimpinya untuk bisa bermain di Chelsea. Demikian pula dengan Bayern Muenchen yang tidak melihat kapten kesebelasan Portugal itu sebagai penyerang yang mereka butuhkan. Satu yang masih bisa diharapkan ialah Napoli. Namun, sejauh ini belum ada komunikasi yang dilakukan.

Sekarang ini Ronaldo seperti 'layangan putus' yang tidak jelas akan berlabuh di mana. Padahal, musim kompetisi tiga pekan lagi akan mulai bergulir kembali. Ronaldo harus segera memutuskan karena ia harus membangun kebersamaan dengan rekan-rekannya apabila ingin mengakhiri kariernya dengan cerita yang indah.

Sekarang ini Ronaldo absen untuk ikut tur Manchester United ke Asia dan Australia. Pelatih Erik ten Hag sedang mencoba membangun 'Setan Merah' yang baru. Ia tidak bisa terus menunggu dan harus bergegas untuk mempersiapkan tim guna menghadapi pertandingan pertama Liga Primer pada 7 Agustus menghadapi Brighton.

Sejauh ini, para pemain 'Setan Merah' justru sedang bersemangat berlatih bersama Ten Hag. Anthony Martial, Marcus Rashford, mencoba menemukan kembali sosok permainan terbaik mereka setelah tenggelam pada musim lalu.

Tim asuhan Ten Hag sudah menunjukkan hal itu di Stadion Rajamanggala, Bangkok, Thailand, Selasa lalu. 'Setan Merah' membenamkan musuh besar, Liverpool, dengan skor 4-0. Itu merupakan modal awal yang baik untuk mengembalikan kepercayaan diri mereka setelah dipaksa dua kali kalah oleh ‘Tim Merah’ di musim lalu.

Ronaldo membutuhkan sepak bola untuk eksistensi diri dan kehidupannya. Meski sudah mulai memudar, CR7 tetap merupakan 'iklan hidup' yang paling berharga. Ia masih dibayar sekitar 2 juta poundsterling untuk iklan satu produk di media sosial.

Semua itu bisa hilang apabila Ronaldo tidak lagi tampil di lapangan hijau. Setidaknya Manchester United masih bisa menjadi pegangan hingga Juni 2023. Apalagi sebagai brand, 'Setan Merah' masih sangat kuat dan memiliki jumlah pendukung yang diperkirakan 10% dari total penghuni Bumi sekarang ini.

 

Masih di PSG 

Berbeda dengan Ronaldo yang lebih terbuka, Messi cenderung introvert. Kapten kesebelasan Argentina itu memilih fokus untuk persiapan tampil di Piala Dunia 2022. Itu merupakan kesempatan terakhirnya untuk mempersembahkan juara dunia kepada ‘Tim Tango’.

Untuk itu, Messi memilih bertahan di PSG. Meski pemilik PSG Nasser al-Khelaifi menawarkan perpanjangan kontrak hingga 2024, Messi belum mau memutuskan sekarang. Sesudah Piala Dunia 2022, ia baru akan memutuskan masa depannya.

Di PSG sendiri, Messi berada di bawah bayang-bayang bintang muda Prancis Kylian Mbappe. Bahkan, Mbappe menjadi anak emas sehingga mempunyai hak untuk menentukan arah klub sebagai bagian dari perpanjangan tiga tahun masa kontraknya dengan PSG.

Sekarang ini PSG merupakan klub para bintang. Hampir semua pemain terbaik dunia berkumpul di sana dari kiper terbaik dunia, pemain belakang terbaik dunia, gelandang terbaik dunia, hingga penyerang terbaik dunia.

Sayang, Messi tidak sedang berada di puncak kejayaannya. Akibatnya, ia kalah bersaing dengan pemain-pemain muda, termasuk Mbappe. Messi praktis hanya menjadi pelengkap tim.

Namun, keterampilan teknik Messi sangatlah luar biasa. Visi permainannya masih sulit ditandingi. Hanya, usia tidak mungkin juga untuk dibohongi. Memasuki usia ke-35, kaki Messi tidak lagi sekuat dulu. Kecepatan Messi juga sudah mulai menurun.

Messi bukan hanya tidak mampu bermain penuh sepanjang kompetisi. Gerakannya pun sudah mulai bisa dibaca dan dihadang lawan. Bola di kaki Messi tidak lagi selengket seperti pada zaman keemasan dulu.

Sekarang Messi butuh pemain muda yang bisa mengawal dan mendampinginya. Mbappe sebenarnya bisa melakukan itu. Neymar yang ada di PSG dan menjadi alasan bagi Messi untuk tinggal di Paris juga dibutuhkan Messi.

Namun, Mbappe merasa sekarang ini justru giliran dirinya untuk menjadi bintang. Ia tidak mau terus tenggelam di bawah kebesaran Messi. Para bintang itu pun bersaing di PSG. Messi tahu diri kalau dirinya bukan lagi bintang besar seperti dulu di Barcelona.