SELAT Hormuz adalah jalur napas utama energi global. Lebih dari 20 juta barel minyak—sekitar seperlima pasokan dunia—melintasi selat sempit ini setiap harinya. Jika selat ini ditutup akibat konflik, blokade, atau sabotase, dampaknya akan terasa dalam hitungan jam. Harga minyak global bisa melonjak US$5–10 per barel hanya dalam 24 jam pertama, memicu keguncangan di pasar energi dan logistik dunia.

Yang membuatnya krusial: tak ada pengganti yang sepadan. Rute alternatif lewat Laut Merah atau pasokan dari negara seperti Angola, Nigeria, dan Brasil memang tersedia, tetapi terkendala jarak jauh, ongkos logistik tinggi, dan kapasitas terbatas. Bahkan negara-negara dengan cadangan minyak strategis tak bisa sepenuhnya menutup kekosongan dari Hormuz dalam waktu singkat.