Perempuan Ubah Pola Pikir

CALON Wali Kota Singkawang, Tjhai Chui Mie, menempat­kan reformasi birokrasi sebagai agenda prioritas dalam program 100 hari pertama kerja. Ia juga berjanji memperhatikan keterwakilan perempuan dalam formasi jabatan di pemerintahan.

“Untuk pengisian SKPD (satuan kerja perangkat daerah) tentu akan mempertimbangkan kompetensi dan berbagai aspek. Namun, perempuan-perempuan berpotensi akan menjadi prioritas (pilihan),” jelasnya, akhir pekan lalu.

Chui Mie bersama Irwan hampir dipastikan menjadi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Singkawang untuk lima tahun ke depan. Berdasarkan rekapitulasi perolehan suara oleh KPU Singkawang, kandidat dari PDIP, NasDem, Hanura, dan Demokrat ini memperoleh dukungan terbanyak dengan meraih 42,63% suara sah dalam pilkada serentak 2017 pada 15 Februari lalu.

Tekad menyejahterakan kaum perempuan juga disampaikan pasangan calon Wali Kota Sorong, Papua Barat, petahana Lambert Jitmau dan Pahimah Iskandar, Wakil Wali Kota Sorong, periode 2017-2022. “Kami terpilih kembali para periode kedua berarti tinggal meningkatkan lagi program pemberdayaan perempuan selama ini,” cetus Pahimah.

Sementara itu, Tarsisia Hany Chandra, satu-satunya perempuan calon bupati dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, periode 2017-2022. Dia bertarung bersama wakil­nya, Linus Beseng, melalui jalur independen.

Perempuan kelahiran Lewoleba 45 tahun silam itu tetap semringah meski kalah dalam kontestasi lalu. “Saya menerapkan nilai-nilai demokrasi yang selama ini jauh menyimpang. Tidak mudah mengubah pola pikir dan perilaku politikus dan masyarakat itu, tetapi minimal sudah ada yang memulai,” ujar Hanny Chandra.

Menurut dia, masih terjadi pembodohan di masyarakat. “Misalnya orang akan memilih ketika diberi uang, bantuan pangan, dan lain-lain. Bukan berdasarkan visi misi, kemampuan dan track record. Orang menjadi tidak tulus memilih pemimpin,” tuturnya. (AR/MS/PT/X-4)