Pria masih Dominasi Perspektif Legislasi

UPAYA untuk meningkatkan keterwakilan perempuan di parlemen harus terus dilakukan agar produk dan keputusan-keputusan lembaga legislatif juga memiliki perspektif dari sisi perempuan. Pada periode 2019-2024, persentase keanggotaan perempuan di DPR RI tercatat baru 20,5%.

“Upaya peningkatan keterwakilan perempuan di parlemen bukan semata untuk mendorong masalah-masalah perempuan mengemuka di parlemen,” kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, dalam kesempatan wawancara, Jumat (13/11).

Lebih dari itu, tegas Lestari, kehadiran perempuan di parlemen untuk memperkaya perspektif dalam setiap pembuatan undang-undang dan kebijakan dengan perspektif perempuan.

Menurut Rerie, sapaan akrab Lestari, dengan proporsi keanggotaan pria yang mendominasi parlemen, kebijakan dan produk undang-undang yang dihasilkan parlemen didominasi oleh perspektif anggota parlemen pria.

Dikatakannya, untuk meningkatkan kualitas produk legislatif, perlu pengayaan produk legislatif dengan perspektif yang berasal dari perempuan. Karena itu, upaya untuk mengegolkan persyaratan 30% keanggotaan perempuan di parlemen harus terus dilakukan.

Legislator Partai NasDem itu mengakui bukan hal yang mudah untuk merekrut perempuan agar berkiprah di lingkungan parlemen saat ini. Perempuan di Indonesia juga menghadapi tantangan yang tidak mudah untuk bisa menjadi setara dengan pria.

Menurut dia, masih ada kendala psikologis, kultural, dan politik yang menghambat kemajuan perempuan saat ini. Meski begitu, tantangan tantangan itu harus diatasi.

“Perempuan tidak boleh takut mengambil kesempatan di bidang politik dan perempuan tidak boleh takut untuk menjadi tidak sempurna jika harus berkarya di luar rumah,” tandas Rerie.

Pada hari yang sama, MPR bersama Perempuan Bangsa, organisasi sayap Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), menggelar seni budaya calung di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Mereka menyampaikan pesanpesan Empat Pilar MPR, yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

Pimpinan Fraksi PKB MPR Neng Eem Marhamah mengatakan para peserta ialah perwakilan Perempuan Bangsa dari 32 kecamatan di Kabupaten Cianjur. Kaum ibu menjadi sasaran utama karena dianggap memiliki peran besar dalam pendidikan pertama dalam keluarga.

“Karena itu, membumikan nilai-nilai Empat Pilar MPR sangat efektif bila disampaikan ibu-ibu dengan caranya sendiri, dengan kasih sayang ibu, dan dengan budaya yang memang
sudah ada di lingkungan kita,” papar Neng Eem. (Ant/P-2)