Stafsus Sebaiknya Mundur dari CEO

STAF khusus (stafsus) Presiden yang saat ini masih menjabat CEO di perusahaannya masing-masing sebaiknya menanggalkan jabatan itu karena rawan konflik kepentingan (conflict of interest).

“Konflik kepentingan seharusnya bisa dijaga. Yang masih aktif jadi CEO mundur atau kasih kepada yang lain. Kayak Mendikbud Nadiem Makarim yang menanggalkan jabatan CEO di perusahaannya Gojek,” ujar Ahli psikologi politik Hamdi Muluk, saat dihubungi, kemarin.

Pendapatnya itu terkait polemik keterlibatan Ruangguru milik stafsus milenial Adamas Belva Syah Devara dalam program kartu prakerja dan
surat stafsus Andi Taufan Garuda Putra berkop Sekretariat Kabinet kepada para camat yang meminta bekerja sama dengan perusahaannya dalam melakukan edukasi penanganan covid-19.

Saat menanggapi itu, Adamas menyatakan siap mundur dari posisinya di lingkaran kepresidenan terkait polemik tersebut.

“Saya sedang konfirmasi ulang ke Istana apakah memang ada konfl ik kepentingan yang ditanyakan walaupun saya tidak ikut proses seleksi
mitra (kartu prakerja). Jika ada, tentu saya siap mundur dari stafsus saat ini juga. Saya tidak mau menyalahi aturan apa pun,” jelas Adamas melalui keterangannya.

Terkait rangkap jabatan sebagai stafsus sekaligus masih menjadi CEO Ruangguru, Belva menjelaskan, sedari awal ia juga mempertanyakan hal tersebut. “Kewenangan stafsus yang terbatas menjadi alasan pihak Istana tidak mewajibkan saya mundur dari posisi di perusahaan saya,” tambahnya.

Secara terpisah, Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) Boni Hargens menilai kasus Andi Taufan cukup serius karena berkaitan dengan etika jabatan yang memengaruhi kepercayaan publik terhadap pemerintah. “Demi perbaikan kinerja dan penyelamatan citra pemerintah, perlu ada tindakan tegas terhadap bentuk perilaku menyimpang macam itu,” ujarnya. (Van/Dhk/Uta/Ths/X-7)