Gunakan Asia Sentinel untuk Bahan Pengusutan

HASIL investigasi media asing Asia Sentinel bisa menjadi pengingat yang baik agar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tidak berhenti menyelesaikan dugaan korupsi pada kasus Century.

Karena itu, pakar hukum tindak pidana pencucian uang, Yenti Garnasih, mengatakan sudah saatnya penyelesaian kasus Century segera dilakukan. 

“Ini momentum yang baik bagi KPK untuk menelusuri lebih jauh mengenai kasus Century,” ujar Yenti saat dihubungi, Sabtu (15/9).

Yenti menambahkan, hasil investigasi Asia Sentinel bisa saja mengandung bukti yang dibutuhkan KPK untuk dapat menuntaskan kasus tersebut. “Sangat disayangkan bila KPK tidak menelusuri kasus itu. Itu bisa jadi bekal bagi KPK untuk kembali menelusuri aliran dananya.” 

Menurut Yenti, investigasi atas kasus Century dapat dipelajari dari adakah hal lain yang bisa menjadi bukti membuka kembali kasus tersebut. “Ini harus menjadi bahan untuk KPK. Apakah data itu bisa diolah, dianalisis, dan menjadi beberapa alat bukti. Dari 488 halaman­, 80 halamannya ialah data alat bukti dan itu sah karena berada di bawah sumpah,” ujarnya dalam Metro Pagi Primetime, Sabtu (15/9).

Yenti mengatakan boleh jadi investigasi Asia Sentinel memuat alat bukti yang dibutuhkan KPK untuk menjawab aliran dana Rp6,7 triliun itu lari ke mana dan di mana saja.

Peneliti LIPI, Syamsuddin Haris, pun berpendapat seharusnya kasus Bank Century dibuka kembali apa bila ada bukti-bukti yang signifikan. Ia juga menyarankan KPK menjemput bola untuk mendapatkan bukti-bukti yang dimiliki pihak lain, termasuk dari Asia Sentinel.

Partai Demokrat, pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono, membantah pemberitaan Asia Sentinel. “Berita ini penuh kebohongan dan fitnah, kami akan mengajukan gugatan kepada Asia Sentinel dan penulisnya, John Berthelsen,” kata Sekjen Partai Demokrat Hinca Pandjaitan. (Pro/X-6)