Arief Bersumpah Jadi Hakim Konstitusi yang Adil

SEUSAI pengucapan sumpah secara Islam, Arief Hidayat sah dan resmi kembali menjadi hakim konstitusi periode 2018-2023.

Pengucapan sumpah di Istana Negara, Jakarta, Selasa (27/3) itu dihadiri Presiden Joko Widodo, para menteri dan pimpinan lembaga negara.

Prosesi diawali dengan pembacaan surat Keputusan Presiden Nomor 139p Tahun 2017 tentang Pengangkatan Hakim MK oleh Deputi Bidang Administrasi Aparatur Kementerian Sekretariat Negara Cecep Setiawan.

"Demi Allah saya bersumpah bahwa saya akan memenuhi kewajiban sebagai hakim konstitusi dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh UUD 1945, dan menjalankan segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-lurusnya menurut UUD serta berbakti kepada nusa dan bangsa," kata Arief Hidayat saat mengucapkan sumpahnya mengikuti Presiden Jokowi.

Seusai membacakan sumpah, Arief dan Presiden Jokowi menandatangani berita acara. 

Arief terpilih menjadi hakim konstitusi melalui pemilihan DPR. Dia dinyatakan lulus uji kelayakan dan kepatutan calon hakim MK oleh sembilan dari 10 fraksi di Komisi III. Cuma Fraksi Partai Gerindra menyatakan tak berpendapat soal pemilihan Arief.

Ini kali kedua bagi Arief mengucap sumpah di hadapan Presiden. Pada 2013, dia mengucap sumpah disaksikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Selama menjadi Ketua MK, guru besar Universitas Dipenogoro itu tersandung sejumlah masalah etik. Pada 2016, Arief terbukti melakukan pelanggaran etik karena mengirim surat yang isinya menitipkan seorang kerabatnya kepada Jaksa Agung Muda Pengawasan Widyo Pramono.

Kerabatnya merupakan seorang jaksa yang bertugas di Kejaksaan Negeri Trenggalek, Jawa Timur.

Sanksi yang sama kembali dijatuhkan MK saat Arief terbukti melanggar kode etik sebelum proses uji kelayakan dan kepatutan calon hakim MK. Pelanggaran etik terjadi karena dia bertemu dengan sejumlah pimpinan Komisis III DPR di Hotel Ayana Midplaza, Jakarta. (OL-2)