Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
SITUASI bangsa Indonesia mengalami kemunduran dan bahkan kebutaan pikiran. Adanya gelombang masyarakat tafkiri yang gemar menuding orang lain kafir dan murtad telah memperuncing hal itu.
Demikian dikemukakan sastrawan Goenawan saat membawakan kuliah umum bertajuk Pancasila dan Sejarah di Komunitas Salihara, Jakarta, kemarin (Kamis, 1/6).
Menurut Goenawan, Pancasila merupakan warisan yang lahir dari percakapan dan bertujuan membangun Indonesia dengan dasar kebangsaan. Menurut dia, menonjolkan satu agama tertentu dalam Indonesia justru akan membawa pada perpecahan. "Itu sebabnya Pancasila tidak memiliki sila yang dominan, semua sila berdiri sama rata, sama penting," imbuh Goenawan.
Kuatnya politik identitas saat ini membuat kaum tafkiri menjadi lebih muncul di permukaan. Semua pihak, kata Goenawan, bertanggung jawab untuk memastikan Pancasila dapat terus menjadi alat pemersatu.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Freedom Institute Rizal Mallarangeng menyatakan masyarakat harus bersyukur terhadap warisan Pancasila. Pancasila yang lahir dari dialog interaktif Bung Karno bersama dengan 60 orang di Pejambon, Jakarta, merupakan pembuktian terhadap wadah yang diberikan pemerintah kepada masyarakat untuk tidak terpecah.
"Bung Karno pun mengharapkan kita sebagai umat Islam berpikir kreatif, bukan menjadi Islam yang kuno," cetus Rizal.
Sekretaris Jenderal Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Sudarsono Hardjosoekarto menegaskan Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia merupakan bagian dari jati diri bangsa yang sudah tidak bisa ditawar lagi.
"Pancasila memang sudah menjadi jati diri bangsa Indonesia dan ini telah diteguhkan lagi dengan memperingati kelahirannya setiap tanggal 1 Juni," kata Sudarsono saat menjadi pembina upacara peringatan Hari Lahir Pancasila di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, kemarin.
Lebih lanjut, Guru Besar Universitas Indonesia itu mengemukakan Pancasila juga dapat dijadikan fundamen bangsa dalam menghadapi tantangan berupa keterbukaan internasional dan serbuan budaya asing. Keterbukaan itu tidak bisa dihindari, tetapi bisa diatasi sekaligus dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Sekretaris Jenderal MPR RI Ma'ruf Cahyono mengapreasiasi diskusi tentang Pancasila yang kini kian intensif diselenggarakan. Diharapkan, diskusi tentang UUD NRI 1945, NKRI, dan <>Bhinneka Tunggal Ika juga ikut semarak. (Ric/Ant/P-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved