Headline

Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.

Fokus

Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.

Indonesia Cegah Milisi dari Filipina

MI
02/6/2017 09:30
Indonesia Cegah Milisi dari Filipina
(Sejumlah WNI yang tergabung dalam Jamaah Tabligh berfoto bersama dengan tim KBRI dan militer Filipina sebelum dievakuasi dari Marawi City, Mindanao, Filipina---ANTARA/AL JAZEERA/ADI GUNO)

APARAT keamanan dan jajarannya meningkatkan pengamanan di perairan perbatasan Indonesia-Filipina untuk mencegah rembesan milisi dari Filipina Selatan memasuki wilayah Tanah Air.

"Untuk mencegah rembesan milisi dari Filipina ke Indonesia, TNI menggelar operasi laut di Halmahera Utara, Morotai, Sangir, Marore di Sangihe, dan Laut Sulawesi," ujar Panglima TNI Gatot Nurmantyo seusai upacara peringatan Hari Lahir Pancasila, di Gedung Pancasila Kementerian Luar Negeri, kemarin (Kamis, 1/6).

Pasukan yang dikerahkan, lanjutnya, cukup banyak termasuk kapal-kapal laut. TNI, tambah Gatot, juga mengoordinasikan nelayan-nelayan di daerah pesisir untuk bersama-sama Angkatan Laut melakukan pengamanan serta menjadi intelijen dalam operasi laut.

Pendapat senada disampaikan Panglima Kodam XIII Merdeka Mayjen Ganip Warsito dan Komandan Pangkalan VIII TNI-AL Laksamana Madya Suselo yang ikut serta memantau wilayah perbatasan di Pulau Miangas, Marore, dan Nanusa yang saat ini masih kondusif dan aman.

Di tempat terpisah, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan langkah-langkah pencegahan penyebaran kelompok radikal Negara Islam Irak dan Suriah (IS) di Asia Tenggara akan dibicarakan dengan pemerintah Malaysia dan Filipina.

"Nanti di Shangri-La Dialogue, saya akan ketemu semua dengan Malaysia dan Filipina. Nanti dibicarakan bagaimana ketiga negara ini mengatasi (IS) itu," ujarnya di Kantor Kemenhan, Jakarta, Rabu (31/5).

Di bidang keamanan, tambah Ryamizard, Indonesia, Malaysia, dan Filipina selama ini telah bekerja sama dalam patroli kawasan untuk menghadapi perompak-perompak di wilayah perbatasan ketiga negara tersebut.

Namun, mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) itu menilai kemunculan gerakan terorisme dari kelompok radikal bersenjata yang mengganggu perdamaian Asia Tenggara saat ini perlu diatasi serius oleh ketiga pemerintah negara tersebut.

Di sisi lain, menurut wartawan Metro TV Desi Fitriani, 17 WNI yang terjebak dalam pertempuran di Marawi telah dievakuasi oleh perwakilan Indonesia di Filipina. Perwakilan itu dari KBRI Manila, KJRI Davao, dan militer Indonesia yang bertugas di International Monitoring Team.

Kementerian Luar Negeri dalam keterangan resminya juga membenarkan telah mengevakuasi 17 WNI tersebut, yang terdiri atas 16 Jamaah Tabligh yang berkunjung dan ibadah di Marawi, dan 1 WNI yang menikah dengan warga setempat.

"Bila semua berjalan lancar dan kondusif, tim evakuasi akan tiba di Davao City pukul 17.20 waktu setempat," ujar Menlu Retno Marsudi. (Hym/Ire/VL/Ant/X-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya