Pelatnas Angkat Besi tidak Layak

PARA atlet, pelatih, dan ofisial pelatihan nasional angkat besi mengeluhkan kondisi ruangan latihan mereka. Kondisi ruang latihan yang sempit ditambah jebolnya keramik di beberapa sisi ruangan yang terletak di Gedung Pemudi, Olympic Centre, Cibubur, Jakarta Timur, tersebut membuat para atlet dan pelatih pelatnas angkat besi tidak nyaman.

Peraih medali perak Olimpiade Rio 2016 Eko Yuli Irawan bahkan menganggap ruangan tersebut tidak layak digunakan untuk tempat latihan cabang prioritas Olimpiade.

“Fasilitas ruangan ini masih belum memadai untuk angkat besi karena saat alatnya dibanting, lantainya pecah. Selain itu, ruangannya juga kurang lebar. Sejak kami tiba di sini awal Desember, kondisi ruangan sudah seperti ini,” ujar Eko seusai latihan, kemarin.

Lifter kelas 62 kg tersebut mengharapkan tindakan yang cepat dari para pemangku kepentingan, khususnya Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) untuk memperbaiki ruang latihan. Pasalnya, retaknya lantai yang menjadi tumpuan atlet memengaruhi kondisi fisik mereka saat berlatih.

“Lantai yang retak ini berpengaruh ke pinggang dan hamstring. Setelah latihan pinggang jadi lebih linu. A­khirnya takut cedera sehingga enggak berani angkat yang lebih berat lagi,” tandas Eko.

Hal serupa diutarakan lifter nomor 69 kg, Deni. Ia pun menyayangkan lambannya kinerja dari pemangku kepentingan untuk memperbaiki tempat latihan mereka.
“Tempat latihan ini baru dipakai dua minggu sudah hancur padahal ini masih minggu-minggu ringan. Namanya saja Olympic Center, tetapi kenyataannya masih jauh dari kata layak. Tempat latihan lebih baik di GBK karena di sana ini ruangannya luas, terus lantainya memang didesain khusus untuk latihan angkat besi sehingga tidak mudah jebol,” ujar peraih emas SEA Games 2013 tersebut.

Cabang angkat besi diharapkan meraih dua medali emas dalam multiajang SEA Games 2017. Namun, kondisi ruang­an latihan yang kurang memadai memengaruhi progres latihan. (Rul/R-3)