Pasien Berlomba dengan Waktu

DUA dari 10 pasien dalam pengawasan covid-19 yang dirawat di lorong (selasar) RSUD Kajen, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, akibat ruang isolasi dan perawatan penuh, dinyatakan meninggal dunia.

Penuhnya ruang isolasi dan perawatan pasien covid-19 di RSUD Kajen berakibat pasien baru dengan status dalam pengawasan karena menunggu hasil uji laboratorium swab test, harus dirawat di lorong rumah sakit.

“Sekarang tinggal 7 pasien dalam pengawasan covid-19 yang terpaksa masih berada di selasar, 1 pasien kondisinya membaik dan dipulangkan untuk isolasi mandiri,” kata Direktur RSUD Kajen Amrozi Taufi k.

Kondisi serupa dialami rumah sakit rujukan di Temanggung, Jawa Tengah, yang mengeluhkan lamanya waktu untuk mengetahui hasil tes polymerase chain reaction (PCR).
Sampel yang diambil harus dibawa ke luar daerah terlebih dahulu karena pihak rumah sakit tidak memiliki alatnya.

Penyedia data di RSK Ngesti Waluyo Parakan, Temanggung, Dwi Haryati mengatakan untuk mengetahui hasil tes PCR butuh waktu hingga 10 hari. Padahal, masa karantina pasien covid-19 hanya 14 hari sehingga tergolong amat lambat untuk mengetahui hasilnya.

Minimnya faskes juga dirasakan di RSUD dr Soekardjo, Kota Tasikmalaya. Seorang dokter di rumah sakit setempat yang pada Senin (14/12) terkonfi rmasi positif covid-19 terpaksa meminta dirujuk ke rumah sakit di Jakarta.

Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes Kota Tasikmalaya, Titie Purwaningsari, mengatakan dokter tersebut butuh penanganan cepat karena usia dan kegiatannya banyak sehingga sangat mungkin terpapar covid-19 sudah berlangsung cukup lama.

Titie membenarkan pelayanan kesehatan di Kota Tasikmalaya masih kurang optimal untuk menangani kasus tertentu. Pasalnya, saat ini rumah sakit di Kota Tasikmalaya bertipe B.

Dari Subang, Jawa Barat, dilaporkan sebanyak lima tenaga kesehatan terpapar covid-19. Akibatnya, RSUD Ciereng ditutup sementara untuk pelayanan umum. (AS/TS/AD/RZ/H-1)