Jemput Bola, Musi Banyuasin Tawarkan Peluang Usaha Ekonomi Hijau

MUSI Banyuasin terus melakukan beragam inovasi dalam bisnis
komoditas yang lestari dan berkelanjutan. Ada tiga andalan kabupaten di Sumatra Selatan ini, yakni kelapa sawit, karet dan gambir.

Berbagai terobosan usaha sudah dilakukan. Di antaranya inovasi aspal berbasis karet alam. Komoditas ini terbukti mampu memberi nilai tambah ekonomi yang tinggi untuk petani.

Upaya lain ialah pengembangan bahan bakar berbasis minyak sawit skala industri. Ini sebagai bentuk hilirisasi kelapa sawit yang memiliki nilai tambah bagi petani.

Untuk gambir, ada inovasi pewarnaan alami menggunakan limbah getahnya.

Komitmen Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin dalam meningkatkan pendapatan daerah tanpa harus merusak lingkungan ini menunjukan keseriusan yang telah ditanam dalam lima tahun terakhir.

"Kami sangat serius memfasilitasi kerja sama multipihak yang dapat dijalin antara dunia usaha, masyarakat dan pemerintah kabupaten untuk mengembangkan inovasi usaha yang menjaga lingkungan dan menyejahterakan masyarakat," ujar Wakil Bupati Musi Banyuasin, Beni Hernedi.

Dalam webinar Invest in Sustainable Business : Opportunities in Musi Banyuasin, Beni mengungkapkan Pemkab Musi Banyuasin telah meluncurkan Pusat Unggulan Komoditi Lestari. Ini adalah inovasi kelembagaan yang dapat menjadi wadah kerja sama multipihak yang tepat sasaran.

"Kami serius untuk jemput bola investasi yang tepat karena kami sadar betul peluang masa depan cerah untuk masyarakat, jika Muba fokus pada hilirisasi produk bernilai tambah yang tidak perlu mengorbankan lahan," tegasnya.

Ia mengakui, pemkab berkomitmen untuk mendorong peluang usaha tanpa perlu merusak kawasan hutan. Terutama dalam menjaga hutan harus melibatkan pemerintah dan swasta. Namun yang terpenting juga keterlibatan masyarakat, khususnya yang tinggal di area penyangga pada ekosistem penting.

"Masyarakat harus berdaya dengan kemampuan produktivitas yang tinggi
sehingga pendapatan juga naik," ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Yayasan Inisiatif Dagang Hijau, Fitrian Ardiansyah, menyatakan program Muba harus didukung dengan metode 3S, yakni skala, stamina, dan sama-sama gotong royong.

"Prinsip ini memuat semangat keterlibatan berbagai pihak khususnya petani yang berada pada lini terdepan. Pengembangan gambir dan limbahnya menjadi produk bernilai tambah seperti wastra gambo muba bisa
jadi opsi bisnis hijau menarik dari Muba," paparnya.

Muba, lanjutnya, berpeluang untuk memanfaatkan berbagai potensi investasi hijau termasuk melalui skema Verified Sourcing Area (VSA) yang tengah berkembang secara global.

Dalam webinar itu, perwakilan pengusaha, yakni Widyantoko Sumarlin, Chief Sustainability Officer Kirana Megatara Group menyatakan sudah waktunya tidak menjadikah persoalan bisnis dan kepentingan lingkungan sebagai hambatan.

Muba sudah melakukannya dengan beragam inovasi. "Proyek aspal karet bagus untuk meningkatkan konsumsi dalam negeri. Saat ini, sebanyak 90%
produksi karet untuk diekspor. Ketika 50%-nya bisa diserap dalam negeri, maka kita bisa menjadi penentu harga. Apalagi jika pemerintah pusat mau turun tangan memastikan praktik pembangunan yang lestari," jelasnya. (N-3)