Ajakan Menikah di Kala Gerhana Menyapa

SEORANG perempuan berdiri di sebelah selatan Tugu Jogja, Yogyakarta, Rabu (9/3) pagi. Bibirnya terus tersenyum.

Dia kemudian menganggukkan kepala sebuah tanda menyetujui sesuatu. Lalu seorang lelaki yang berjongkok di depannya pun ikut tersenyum dan memasangkan sebuah cincin ke jari sang perempuan.

Dian Paraminta, 24, nama perempuan itu. Asalnya dari Purbalingga, Jawa Tengah. Sedangkan lelaki yang berlutut di depan Dian adalah Nanang Kristanto, 29.

"Saya ingin mengajaknya menikah," kata pria dari Klaten, Jawa Tengah itu sambil tersenyum.

Nanang sama sekali tidak peduli lamaran kepada perempuan pujaan hatinya itu dilakukan di depan sorot mata ribuan orang. Maklum, saat itu, kawasan Tugu menjadi titik utama warga Yogyakarta yang ingin menyaksikan fenomena Gerhana Matahari Total (GMT).

Rasa malu, penasaran, serta kegelisahan Nanang seketika sirna tatkala Dian menganggukkan kepala tanda menerima lamaran sang kekasih.

Nanang yang sekarang sudah bekerja di Jayapuran, mengaku sengaja menyempatkan datang ke Tugu Jogja untuk melihat GMT 2016 bersama Dian. Dan di acara itulah, Nanang memanfaatkannya untuk sebuah seromoni ajakan nikah kepada kekasihnya.

Padahal, acara lamaran secara resmi sudah dilakukannya. Namun karena GMT adalah momen langka, Nanang memanfaatkannya karena dia menyayangkan kalau momen langka itu dilewatkan tanpa kesan.

"Gerhana bulan ini kan langka, tidak setiap tahun, bahkan bisa puluhan atau ratusan tahun. Biar ada kenangan tersendiri, sayang kalau dilewatkan," katanya.

Rencananya, tahun ini mereka berdua akan melangsungkan pernikahan. Mereka juga tengah menyiapkan foto prewed, dan beberapa persiapan lainnya. "Secepatnya naik pelaminan," imbuhnya sambil tersenyum.

Momen GMT bakal menjadi kesan yang sulit terlupakan bagi mereka. Berharap seperti GMT, pasangan itu ingin pernikahan yang akan mereka arungi langgeng.

"Bisa langgeng bertahun-tahun bahkan sampai ratusan tahun," harap Anang dan Dian. (OL-2)