Keramba Danau Singkarak Harus Dibatasi

SEKITAR 5.000 nelayan tradisional kini menggantungkan hidupnya ke Danau Singkarak. Adanya pemasangan bagan atau keramba apung mestinya dibatasi agar ikan bilih (ikan khas Danau Singkarak) yang menjadi sumber rezeki nelayan tidak punah.

Wakil Gubernur Sumatra Barat, Nasrul Abit, berharap Danau Singkarak tidak seperti Danau Maninjau, yang saat ini tidak kondusif lagi untuk usaha karamba perikanan. “Danau Maninjau tidak kondusif lagi karena jumlah kerambanya sekitar 21 ribu, sedangkan kapasitasnya hanya sekitar 6.000.

Maka dari itu, kita minta pengguna bagan dan seluruh komponen masyarakat di sekitar Danau Singkarak sadar untuk bersama-sama menjaga danau ini tetap produktif dan sehat, dengan menyelamatkan keberadaan ikan bilih agar tidak musnah,” terang Nasrul, Minggu (23/6).

Selain itu, Nasrul Abit juga menyinggung tentang tata ruang yang ada di sekitar Danau Singkarak agar di tata kembali untuk lebih baik. “Jangan ada lagi tambahan bangunan pinggir Danau Singakarak yang indah ini. Jika dipenuhi bangunan di pinggir danau, nantinya akan menutup anugerah keindahan pemandangan ke arah danau,” sebutnya.

Sementara itu, Kadis Kelaut­an dan Perikanan Provinsi Sumbar Yosmeri mengatakan, pihaknya kemarin melepas 20 ribu bibit ikan paweh dan asem, dengan tujuan meningkatkan populasi ikan asli Danau Singkarak yang kini mulai berkurang. “Yang kita restocking adalah ikan lokal asli Danau Singkarak.

Selain itu, kita juga sudah berhasil menetaskan ikan bilih yang kini sedang kita besarkan di hatchery Singkarak,” jelasnya. (YH/N-1)