Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
PERBEDAAN suku dan ras tidak menjadi persoalan bagi masyarakat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Hal itu gambaran istilah tong ngin fan ngin jit jong (Tionghoa Melayu, sama saja) yang sudah akrab di masyarakat.
Istilah yang dipopulerkan Gubernur Babel periode 2002-2007 Hudarni Rani itu terus tumbuh dan berkembang sehingga tidak ada pengotak-ngotakkan antara etnik Tiongkok dan Melayu. Mereka bersatu dan hidup rukun dalam perbedaan.
"Istilah Tionghoa Melayu sama saja atau tong ngin fan ngin jit jong merupakan cermin eratnya kebersamaan kendati beda agama suku dan ras," kata Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Babel Bambang Pati Jaya.
Daerah kepulauan itu memang banyak dihuni dua etnik tersebut. Dengan demikian, menurut Bambang, seluruh masyarakat juga perlu menjaga semangat tersebut sehingga permasalahan intoleran dan ancaman persekusi tidak terjadi di Babel.
"Babel ini cinta damai. Mari kita jaga Pancasila sebagai cermin eratnya kebersamaan walau terdapat perbedaan," ujarnya.
Bambang menilai perbedaan merupakan anugerah yang sudah ada sejak dulu dan harus dijaga. Hanya, di era reformasi, lanjut dia, perbedaan justru menjadi masalah. Akibatnya, banyak orang menonjolkan komunitas masing-masing sehingga memunculkan intoleransi.
Bambang menambahkan ada istilah kearifan lokal yang harus dilaksanakan untuk menghindari benih-benih intoleran. "Makan boleh sembarangan, tapi kalau bicara jangan sembarangan. Kalau makan kalau sembarangan, kita yang tangggung sakit perutnya. Tapi kalau ngomong sembarang jadi bumerang untuk diri kita sendiri," beber dia.
Gubernur Babel Erzaldi Rosman Djohan mengatakan pencegahan segala bentuk persekusi harus dilakuka dengan mengedepankan solidaritas, harmonisasi, dan kebinekaan.
"Kan sudah jelas, tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan. Apalagi Islam yang merupakan agama damai, cinta, kasih sayang, dan saling menghormati," kata Erzaldi.
Hudarni Rani yang kini menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) juga berharap semangat tong ngin fan ngin jit jong tetap dipertahankan. "Zaman saya masih Gubernur Babel, kalau ada orang Tionghoa ingin menjadi pegawai, kita persilakan. Tidak ada pembedaan," kata Hudarni. (N-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved