Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
SUDAH beberapa kali Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa datang ke Jambi untuk melihat dan mengucurkan beragam bentuk bantuan ke permukiman suku Anak Dalam (SAD). Namun, ia mengakui persoalan SAD di Bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah, tidak bisa diselesaikan dalam waktu singkat karena terbiasa hidup nomaden.
Wartawan Media Indonesia Solmi mewawancarai Gubernur Jambi Zumi Zola untuk mengetahui langkah nyata pemerintah provinsi terhadap SAD, Senin (15/5). Berikut wawancaranya di sela-sela mendampingi Mensos Khofifah.
Mensos sudah kerap datang melihat kondisi kehidupan SAD. Bahkan, Presiden Joko Widodo juga pernah pada 2015. Tanggapan Anda?
Kita sangat mengapresiasi dan berterima kasih sekali karena pemerintah pusat telah memberikan perhatian begitu banyak kepada masyarakat Jambi. Ini membuktikan bahwa negara, baik pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi hadir dan akan selalu ada untuk kehidupan SAD yang lebih baik ke depannya.
Langkah nyata pemerintah provinsi bagaimana?
Terkait dengan SAD, selama ini kita selalu berkoordinasi dengan Kemensos tentang upaya yang telah kita lakukan maupun yang belum bisa kita penuhi dan perlu dukungan dari pemerintah pusat. Sudah banyak kemajuan yang telah dicapai. Tentu tidak bisa serta-merta langsung berubah. Supaya tepat guna kita lakukan secara bertahap dan secara proporsional tanggung jawabnya kita bagi dengan pemerintah kabupaten. Itu sudah berjalan cukup baik.
Melihat SAD saat ini, apa langkah yang sangat penting dilakukan?
Selain sosialisasi dan imbauan untuk hidup menetap, masalah kesehatan tetap merupakan perhatian besar kita. Kerja sama kita lakukan dengan instansi teknis dan pemkab agar hal ini jadi fokus perhatian. Di beberapa desa terdekat dengan kehidupan SAD sudah berjalan, dan mendapat pelayanan imunisasi dan pengobatan melalui puskemas. Pada beberapa kawasan yang jauh, pelayanannya kita minta dilakukan dengan sistem jemput bola.
Kendala terbesar yang dihadapi?
Memang perlu perjuangan dan semangat besar. Perilaku hidup mereka yang terbelenggu adat melangun (nomaden) merupakan hambatan. Namun, kita tidak boleh menyerah karena mereka ialah saudara-saudara kita.(OL-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved