Berharap Cepat Pindah Blok

EMPAT blok rumah susun sewa (rusunawa) baru di Rawa Bebek, Cakung, Jakarta Timur, telah selesai dibangun.

Mulai bulan depan, sebanyak 185 kepala keluarga (KK) eks warga Pasar Ikan yang setahun belakangan ini menempati unit rusunawa pekerja lajang dipersilakan menempati keempat blok tersebut.

Pemantauan di lokasi, Sabtu (11/3), empat blok rusunawa baru berkapasitas 400 ruangan telah berdiri di Jalan Inspeksi Kanal Banjir Timur, Cakung.

Satu blok terdiri atas lima lantai dan setiap lantainya memuat 20 rumah sewa.

Rusunawa yang berdiri di atas lahan seluas 17,65 hektare itu memuat dua kamar, ruang keluarga, toilet, serta satu ruang lagi yang bisa difungsikan sebagai dapur.

Tempat menjemur pakaian pun sudah disiapkan.

Sri, warga pindahan dari Kampung Akuarium, Pasar Ikan, Jakarta Utara, menyampaikan, sejak awal pindah pada 4 April 2016 ke Rusunawa Rawa Bebek, ia dan beberapa orang lainnya agak iri dengan fasilitas yang didapat warga pindahan Bukit Duri, Jakarta Selatan.

Warga Bukit Duri mendapatkan unit rusun yang lebih lebar jika dibandingkan dengan rusun yang mereka tempati saat ini.

"Yang kami tempati ini memang diperuntukkan pekerja yang belum nikah. Jadi enggak cocok untuk kami yang sudah memiliki keluarga," papar Sri.

Rusunawa lajang hanya berukuran 4x4 dengan fasilitas lemari, spring bed, sofa, toilet, ruang tamu, dan dapur.

Penghuni rusun lajang diprioritaskan bagi pekerja di Jakarta yang penghasilannya standar atau di bawah upah minimum regional (UMR).

Berhubung warga Pasar Ikan mendesak direlokasi, mereka ditempatkan terlebih dahulu di rusunawa lajang.

Beberapa warga sempat bolak-balik lagi ke Pasar Ikan karena menganggap unit hunian terlalu kecil sebab mereka memiliki anak dan perlu ruang dapur yang lebih besar untuk memasak.

"Kalau tidak punya dapur, kami susah membuat sarapan buat anak dan suami," alasan Sri.

Karena itu, Sri tak sabar untuk segera pindah ke rusun yang baru selesai dibangun Pemprov DKI.

Informasi yang beredar, luas rusunawa yang akan ditempati dua kali lebih besar dari rusunawa lajang.

"Katanya begitu (lebih besar), semoga cepat pindah," imbuhnya.

Ruang pergerakan

Devi, warga lainnya, juga berharap serupa.

Sejak tinggal di rusun lajang Rawa Bebek setahun lalu, segala aktivitas keluarga hanya berkutat dalam satu ruang.

Bila dibandingkan dengan tempat tinggal sebelumnya di Kampung Akuarium, hampir sama.

"Tidak ada perubahan. Hanya tinggal dengan cara yang sama di atas bangunan baru," kata Devi.

Kesulitan yang paling dirasa Devi ialah ketika harus menyetrika pakaian.

Untuk menyetrika butuh ruang buat pergerakan, sedangkan ruang di rusunawa lajang sudah penuh dengan barang.

Belum lagi bila anak dan suaminya sedang menonton TV bersama.

"Ruang tidur juga di situ, jadi susah banget bergerak," cetusnya.

Dari sisi lain, Sri dan Devi menyukai Rusunawa Rawa Bebek karena dilengkapi kios mart, lift, CCTV, petugas keamanan, dan bus pengumpan Trans-Jakarta gratis.

Semua gedung dilengkapi smoke detector, alarm, serta pemadam otomatis.

Konsep pembangunan rusunawa dibuat dinamis dengan fasad yang memiliki bukaan (ventilasi) optimal yang memungkinkan penggunaan cahaya alami dari luar gedung.

Begitu juga catnya dibuat berwarna cerah dan beragam, yakni merah, hijau, ungu, kuning, dan biru.

Konsep itu mengingatkan supaya warga Ibu Kota yang tinggal di rusunawa selalu energik serta menghargai keberagaman.

Setiap unit ruangan lebih luas daripada rusun lajang.

Luas satu ruangan sekitar 36 meter persegi.

Meski tak dilengkapi kasur, meja, dan kursi seperti di rusun lajang, konsep pembuatan unit di rusun blok baru cukup lega untuk dipakai satu keluarga. (Gana Buana/J-2)