Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
PEDAGANG di Pasar Cikini menjerit. Meski bangunan pasar sudah tampil mentereng setelah direvitalisasi pada 2013 lalu, jumlah pembeli dapat dihitung dengan jari.
"Sejak selesai direnovasi, pasar ini jadi sepi pembeli. Penghasilan berkurang, sedangkan biaya listrik, keamanan, dan kebersihan harus dibayar tiap bulan. Mending kayak dulu, biar kondisinya jelek, ramai pembeli," tutur Miftahudi, 40, salah satu pedagang sayuran Pasar Cikini, kemarin.
Miftahudi dan sejumlah pedagang menuding tata ruang bangunan pasar menjadi biang keladi sepinya pembeli.
"Penataan ruangnya aneh. Pembeli dibuat naik-turun tangga. Parkir kendaraan pembeli berada di lantai teratas di lantai lima, sementara pasar tradisional ditempatkan di lantai basement. Pembeli kan jadi malas ke sini," keluh Sami, pedagang lainnya.
Pendapat para pedagang itu diamini Lastriani, 43, warga Menteng, Jakarta Pusat.
Kemarin pagi, ia memutuskan langsung memutar balik mobilnya saat tahu tempat parkir di Pasar Cikini berada di lantai lima.
Niatnya untuk berbelanja sayuran langsung dibatalkan detik itu juga.
Ia bukan hanya takut untuk memarkir mobil di lantai atas itu, melainkan juga merasa kerepotan jika harus naik-turun tangga.
"Repot mau naik-turun tangga atau keluar-masuk lift. Saya juga takut parkir di tempat tinggi begitu. Saya belanja di pasar lain sajalah," ujarnya
Lastri hanyalah salah satu dari sekian banyak ibu rumah tangga yang dulu jadi pelanggan tetap Pasar Cikini sebelum direvitalisasi.
"Dulu saya belanja di sini. Sebelum pasar direnovasi, simpel dan tidak ribet begini. Parkir kendaraan di bawah, tinggal masuk belanja. Saya tinggal pergi ke Belanda, begitu pulang dan mau belanja di sini, eh sudah berubah semua, jadi ribet," cetusnya
Berbeda dengan Lastri, Azizah, 38, harus mengumpulkan segenap keberaniannya untuk memarkir sepeda motor.
Jalan menuju lantai lima yang curam membuatnya bekerja keras untuk menyeimbangkan sepeda motor.
"Naiknya saja susah begini, apalagi kalau nanti mau turun. Soalnya nanti kan bawa belanjaan. Kayaknya harus dituntun deh motor saya atau minta tolong orang lain," keluhnya. (Sru/J-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved