Menyusuri Jalanan Mencari Sembako

BEBERAPA minggu ini, berjalan menyusuri jalanan Jakarta cukup menyenangkan bagi Tati, 35, beserta tiga teman sesama keluarga pemulung. 

Sejak pertengahan Maret 2020, ada saja dermawan yang menghampiri mereka dan membagi-bagikan sembako. Tentu saja dalam perjalanan mencari sesuap nasi, kemarin, ia dan ketiga temannya berharap bertemu lagi dengan orang-orang yang baik hati. Bantuan sembako itu meski hanya lima kilogram beras, seliter minyak goreng, dan terkadang diselipin uang Rp20 ribu atau Rp50 ribu, sudah sangat membantu bagi kehidupan keluarga mereka.

Selama ini suaminya yang rutin memulung. Namun, sejak ada pembagian sembako, ia dan beberapa ibu ikut turun ke jalanan. Kemarin, rombongan Tati menelusuri kawasan Pengumben, Jakarta Barat.

Entah pemulung semakin banyak atau rumah tangga yang kurang membuang sampah, ataupun karena bulan puasa sehingga sangat
sedikit barang bekas, kertas, karton, dan botol air mineral yang ditemukan. Hingga sore pukul 17.00 WIB, empat karung yang disematkan di punggung nyaris masih kosong.

Nahasnya, para dermawan hingga menjelang berbuka puasa itu juga belum ada yang menyapa mereka. Akhirnya mereka beristirahat sejenak di pos Pengumben yang sedang kosong. “Yah namanya rezeki, beginilah, kadang dapat kadang tidak, enggak setiap hari ketemu (dermawan). Hari ini karung-karung kami masih kosong,” tutur Tati sambil membetulkan kerudung, lalu menyeka keringat di balik masker biru gelapnya.

Tati sudah beberapa tahun berkeliaran di Jakarta. Berhubung tidak memiliki KTP DKI, namanya tidak terdaftar sebagai penerima bantuan, baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. (Sri Utami/J-2)