Jepang Berlakukan Kondisi Darurat di Tokyo

PEMERINTAH Jepang kemarin mengumumkan kondisi darurat covid-19 selama sebulan ke depan untuk wilayah Tokyo dan sekitarnya. Ini
terjadi karena terus meningkatnya kasus covid-19 di ibu kota Jepang tersebut.

“Pandemi yang terus meluas ini dikhawatirkan dapat mengganggu ekonomi dan kehidupan warga,” ujar Perdana Menteri Yoshihide Suga saat mengumumkan pembatasan itu.

Menteri Urusan Pandemi Yasutoshi Nishimura sebelumnya memperingatkan layanan kesehatan di Tokyo sudah mulai kewalahan. “Setiap hari kasus covid-19 terjadi. Kita harus memiliki kepedulian akan hal ini,” katanya.

Tokyo kemarin mengalami 2.447 kasus baru, lebih tinggi daripada hari sebelumnya, yaitu 1.591 kasus. Meski demikian, total kematian akibat covid-19 di Jepang masih rendah, yaitu 3.700 orang, sejak kasus covid-19 mulai terdeteksi pada Januari 2020.

Lebih lunak

Pembatasan itu lebih lunak jika dibandingkan dengan tindakan pemerintah negara lainnya dan jika dibandingkan dengan pembatasan yang pernah terjadi di Jepang beberapa waktu lalu.

Targetnya ialah restoran dan bar yang diminta berhenti menyajikan alkohol pada pukul 19.00 dan tutup sejam sesudahnya. Warga pun diminta tidak bepergian, jika tidak terlalu mendesak, setelah pukul 20.00. Pemerintah juga akan memberikan subsidi untuk tempat usaha yang tutup lebih awal.

Selain itu, para pengusaha di Tokyo dan tiga daerah di sekitarnya diminta memaksimalkan sistem kerja jarak jauh dengan tujuan mengurangi jumlah penumpang kendaraan umum sampai 70%.

Sekolah-sekolah tidak akan ditutup dan kegiatan besar masih diperbolehkan dengan syarat pengunjung dibatasi sampai 5.000 orang atau 50% dari kapasitas ruangan.

Pemerintah Jepang masih enggan memberlakukan pembatasan nasional karena khawatir akan mengganggu perekonomian mereka yang belum pulih dari resesi. Wilayah Tokyo dan sekitarnya tercatat menyumbang hingga sepertiga dari pendapatan domestik bruto Jepang. (AFP/Nur/X-11)