PBB Soroti Nasib Warga Sipil Suriah

PERSERIKATAN Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan prihatin atas keselamatan lebih dari 3 juta warga sipil, menyusul laporan serangan udara yang menghantam beberapa wilayah di barat laut Suriah selama akhir pekan. Setengah dari jumlah warga di kawasan itu kini telah mengungsi dari rumah mereka.

"Serangan udara dalam beberapa hari terakhir dilaporkan melanda puluhan desa di seluruh Provinsi Idlib, Hama, Aleppo, dan Latakia. PBB sangat prihatin atas terjadinya hal tersebut," kata juru bicara Sekretaris Jenderal PBB, Stephane Dujarric.

"Kami terus menyerukan kepada semua pihak yang terlibat dalam konflik dan melakukan operasi militer di Suriah untuk melakukan yang terbaik untuk memastikan keselamatan dan kesejahteraan warga sipil. Mereka harus mengikuti prinsip-prinsip hukum kemanusiaan internasional," tambahnya.

Dalam beberapa minggu terakhir saja, 60 ribu orang telah mengungsi akibat baku tembak. Jumlah itu menambah lebih dari 400 ribu orang yang telah mengungsi awal tahun ini.

PBB menyebut bahwa bentrokan, penembakan, serta serangan udara telah merusak infrastruktur sipil yang penting di Suriah, seperti sekolah dan rumah sakit.

Sementara itu, setidaknya 22 warga sipil, termasuk beberapa anak tewas di Suriah barat laut ketika pasukan Rusia dan pemerintah melancarkan serangkaian serangan udara.

Pertahanan Sipil Suriah, yang juga dikenal sebagai kelompok White Helmets, mengatakan serangan pada Selasa (17/12) itu menargetkan beberapa kota dan desa di Distrik Maaret al-Numan, Provinsi Idlib. Gempuran menyebabkan warga sipil pindah ke kamp pengungsi di dekat perbatasan Turki.

Ahmed Sheikho, juru bicara Pertahanan Sipil, menyebut sembilan orang tewas di Kota Tal Mannis, enam di Bidama, dan lima orang lainnya di Maasaran. "Satu terbunuh di Al-Kanayes, sementara satu lainnya di Maar Shamshah," tambahnya.

Sebuah pasar di perdesaan Maasaran juga dibom yang menyebabkan puluhan orang terluka.

Perang di Suriah telah menewaskan ratusan ribu orang dan jutaan orang telantar sejak meletus pada 2011. (AFP/Aljazeera/Xinhua/Hym/X-11)