Harus Seriusi Konsep Business-Leisure

BISNIS menjadi salah satu alas-an terbesar perjalanan lintas negara. Untuk memanfaatkan potensi masuknya warga asing ke Indonesia bertujuan bisnis, pemerintah disarankan mulai serius menggarap konsep wisata yang memanfaatkan perjalanan bisnis sekaligus mengenalkan destinasi dan atraksi wisata lain atau yang di dunia dikenal dengan blaisure (businees & leisure).

“Kalau hal itu bisa dimaksimalkan, akan sangat lebih baik. Tapi saat ini pola pikir yang masih berkembang di Indonesia ialah pariwisata yang sekadar terbatas pada leisure atau pelesir semata,” ujar peneliti bidang MICE Politeknik Negeri Jakarta, Christina L Raudatin, kemarin.

Untuk dapat memanfaatkan hal tersebut, pemerintah dan pelaku bisnis harus terlebih dulu memahami karakteristik wisatawan yang datang dalam rangka perjalanan bisnis.

Christina mengatakan bisnis dan segmen wisata MICE (meeting incentive conference and exhibition) potensial untuk digarap karena mudah memprediksikannya.
Setiap tahun, jumlah kegiatan MICE umumnya telah terprediksi kisaran jumlah acara dan pesertanya. Dengan demikian, pemerintah dapat memaksimalkan potensinya sepanjang tahun.

“Saat ini, kalau dilihat dari kondisinya, baru sekitar 6-7 kota di Indonesia yang dianggap siap dalam menjaring MICE. Namun, yang telah benar-benar siap dan sudah membuahkan hasil masih hanya Jakarta dan Bali,” ujar Christina.

Menurut Global Business Travel Association (GBTA), Asia Pasifik masih menjadi wilayah perjalanan bisnis terbesar di dunia, yakni meliputi 39% dari perjalanan bisnis dunia.

Deputi Bidang Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kementerian Pariwisata, I Gde Pitana, mengatakan saat ini pemerintah tengah berusaha mengembangkan 16 daerah untuk diharapkan mampu menjadi tujuan MICE dan blaisure.

Untuk memaksimalkan hal itu, kerja sama dengan agen-agen perjalanan untuk membuat paket bagi wisman juga akan terus diupayakan. Di seluruh Indonesia, Kemenpar mencatat 25% wisman yang datang ialah peserta kegiatan MICE. (Pro/H-1)