Aspek Harga Bioplastik Perlu Dipertimbangkan

PRODUK plastik ramah lingkungan (bioplastik) saat ini digadang-gadang mampu mengatasi persoalan sampah plastik. Sayangnya, biaya produksi bioplastik terbilang mahal, yakni 200% hingga 500% lebih tinggi daripada plastik konvensional. Pemerintah diharapkan mempertimbangkan aspek tersebut.

Hal itu diungkapkan Direktur PT Tirta Marta Su-gianto Tandio. Ia mewakili pihak produsen bioplastik. Menurutnya, kebijakan yang dibuat pemerintah terkait dengan pengelolaan sampah plastik selama ini cenderung hanya mengakomodasi aspek lingkungan. Padahal, ada aspek lain, di antaranya sosial ekonomi.

“Kita enggak bisa melihat itu hanya dari kemampuan plastik terurai, tetapi harus holistik (menyeluruh),” katanya saat Peluncuran SNI 7188.7:2016 Kriteria Ekolabel-Bagian 7: kategori produk tas belanja plastik dan bioplastik mudah terurai di Jakarta, kemarin.

Ia mengungkapkan proses produksi bioplastik relatif lebih lama ketimbang produksi plastik konvensional. Proses produksi yang lebih lama akan menghabiskan daya listrik lebih besar sehingga otomatis memakan biaya yang juga lebih mahal.

Meski demikian, kata Su-gianto, upaya mengembangkan produk plastik ramah lingkungan yang terbuat dari nabati harus didukung guna menciptakan dunia yang lebih hijau dan sehat.

Sementara itu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah menyiapkan portofolio standardisasi yang diharapkan mampu mengubah perilaku masyarakat menuju ramah lingkungan di pemerintahan, pelaku bisnis, ataupun masyarakat, termasuk pengelolaan sampah plastik.

Staf Ahli Menteri Bidang Hubungan Antarlembaga KLHK Ilyas Asaad mengatakan sistem standadrisasi itu antara lain eco-office, sistem pengadaan barang jasa ramah lingkungan, sistem manajemen lingkungan, ekolabel, verifikasi kinerja teknologi ramah lingkungan, pengelolaan material berkelanjutan, dan standar pelayanan masyarakat. (Mut/H-2)