Perlindungan terhadap Lansia harus Jadi Prioritas saat Tripledemic

Lonjakan terbaru kasus covid-19 di sejumlah negara di Asia kembali menghadirkan tantangan kesehatan masyarakat yang harus segera ditangani. Di Singapura, kasus covid-19 terjadi dua tahun setelah negara itu mencabut seluruh pembatasan pandemi pada Februari 2023. Kementerian Kesehatan Singapura memperkirakan lonjakan kasus terjadi karena menurunnya imunitas kelompok. Individu dengan usia di atas 60 tahun ke atas atau memiliki kondisi medis yang rentan dapat mengalami gejala yang berat.

Menanggapi hal itu, Kementerian Kesehatan RI menyampaikan bahwa saat ini dunia sedang menghadapi tantangan tripledemic yaitu covid-19, influenza, dan RSV (Respiratory Syncytial Virus) bersirkulasi secara bersamaan. Dalam menghadapi fenomena tersebut, hal yang sangat dikhawatirkan adalah kondisi para lansia. Populasi lansia yang memiliki penyakit kronis seperti penyakit jantung, diabetes dan paru lebih rentan terhadap infeksi pernapasan. Oleh karena itu, diperlukan upaya preventif dan promotif untuk menjaga kesehatan serta meningkatkan kualitas hidup lansia. Selaras dengan Peringatan Hari Kesehatan Lanjut Usia Nasional (HLUN) di Indonesia yang jatuh setiap tanggal 29 Mei, ini merupakan momentum penting bagi masyarakat untuk merefleksikan pentingnya menghargai, menghormati, dan merawat lansia. 

Salah satu virus terkait tripledemic yaitu RSV memiliki tingkat keparahan klinis yang lebih tinggi dibandingkan dengan covid-19 dan influenza. Persentase tindakan rawat inap yang lebih tinggi ditemukan pada pasien RSV dibandingkan dengan covid-19 maupun influenza, yang meliputi kebutuhan terapi oksigen, ventilasi non-invasif, ventilasi mekanik, dan perawatan intensive care unit (ICU). Selain itu infeksi RSV secara umum memiliki tingkat penularan lebih tinggi. 

Baca juga : Tripledemic Jadi Tantangan Kesehatan Baru, Lansia harus Dapat Perlindungan

RSV adalah virus saluran pernapasan yang umum dan biasanya menyebabkan gejala mirip influenza yang ringan, tetapi dapat juga menginfeksi paru-paru. Gejala umum RSV meliputi pilek, batuk, demam, sakit tenggorokan, bersin, sakit kepala, mengi, dan kesulitan bernapas, sehingga tidak mudah dibedakan dari virus pernapasan lainnya seperti influenza atau covid-19. Namun, di beberapa kasus seperti pada lansia atau pada orang dengan sistem imun yang rendah, infeksi RSV dapat menyebabkan infeksi sedang hingga berat, seperti pneumonia atau bronkiolitis (radang di saluran udara kecil di paru-paru). 

Virus RSV dapat menyebar saat orang yang terinfeksi batuk atau bersin di dekat, atau melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi RSV misalnya mencium balita yang terinfeksi, termasuk juga dengan menyentuh permukaan yang terkontaminasi dengan virus. Satu orang yang terinfeksi umumnya bisa menularkan virus sampai ke tiga orang. 

Oleh karena itu, sangat penting untuk mencegah penyebaran RSV dengan menerapkan kebersihan yang baik, seperti menutup mulut saat batuk atau bersin, mencuci tangan secara teratur, dan membersihkan permukaan yang sering disentuh9. Selain itu, cara pencegahan lainnya termasuk menggunakan masker, dan menerapkan physical distancing. 

Baca juga : Saudi Minta Calon Jemaah Haji Sudah Vaksin Covid-19 dan Meningitis

Mengingat gejala infeksi RSV yang sulit dibedakan dari infeksi saluran pernapasan lainnya, diagnosis untuk RSV yang sering kali tidak dipertimbangkan. Pengobatan spesifik untuk penyakit tersebut juga belum tersedia. Maka dari itu, pencegahan dengan vaksinasi menjadi cara untuk melindungi individu yang risiko RSV. Vaksinasi RSV disarankan untuk lansia dan individu yang berisiko tinggi. 

Reswita Dery Gisriani, selaku Communication, Government Affairs & Market Access Director, GSK Indonesia mengatakan, berdasarkan penelitian yang dilakukan, jumlah infeksi akibat RSV di Asia Tenggara diperkirakan akan mencapai 7,2 juta kasus dalam tiga tahun ke depan. Di Indonesia sendiri, jumlah kasus diprediksi mencapai 6,1 juta dalam periode yang sama.

"Data ini menjadi pengingat penting bagi kita semua akan urgensi peningkatan edukasi untuk mencegah penyebaran infeksi RSV terutama di Indonesia,” tutur Reswita.

Ia pun memastikan pihaknya berkomitmen untuk bekerja sama dengan pemerintah dan tenaga kesehatan dalam memperluas akses obat dan vaksin untuk memenuhi kebutuhan individu dan masyarakat yang terus berkembang.

"Kami memiliki upaya berkelanjutan termasuk media sosial AyoKitaVaksin. Kami juga mendorong masyarakat untuk berdiskusi dengan tenaga kesehatan dalam menentukan tindakan pencegahan yang diperlukan untuk kebutuhan spesifik tiap individu," tandasnya. (E-3)