Anak Jalanan Harus Dilindungi dari HIV

PENELITI dari Pusat Penelitian HIV-AIDS (PPH) Unika Atma Jaya Kekek Apriana Dwi Harjanti mengatakan anak jalanan perlu mendapatkan perlindungan dari penyakit HIV dan AIDS.

"Anak jalanan ialah populasi yang rentan atas penularan HIV,'' kata dia pada Lecture Series bertema Intervensi pengurangan risiko HIV bagi anak jalanan di Indonesia di Unika Atma Jaya, Jakarta, kemarin (Rabu, 30/9/2015).

Menurut dia, anak jalanan masih dipandang sebagai penyandang masalah sosial saja, sedangkan isu HIV-AIDS tidak dilihat. Padahal, mereka juga memakai narkotika, berperilaku seks bebas, dan lainnya yang berisiko terserang HIV-AIDS. "Anak jalanan ini tidak dimasukkan kategori populasi kunci dalam penanggulangan AIDS di Indonesia," katanya.

Pemerintah, ujar Kekek, lebih melihat penyelesaian masalah itu dengan pendekatan bersifat jangka pendek seperti mengirim mereka ke panti sosial. Untuk itu, pemerintah harus melihat anak jalanan sama dan diterima seperti yang lain.

Hal senada dikatakan Direktur Operasional Sahabat Anak Alles Saragi. Menurut dia, harus ada terobosan khusus dari pemerintah terutama terkait dengan masalah administrasi. "Anak jalanan biasanya tidak punya identitas keluarga sehingga sulit bagi mereka untuk mengakses program-program pemerintah," kata Alles.

Kasubdit Kesejahteraan Sosial Anak Telantar Direktorat Kesejahteraan Sosial Kemensos Rachmat Koesnadi mengakui belum ada layanan HIV-AIDS bagi anak jalanan.

"Kewenangan Kemensos pada rehabilitasi sosial, sedangkan kesehatan merupakan kewenangan yang lain. Namun, kami mendukung penelitian PPH Atma Jaya supaya memiliki <>baseline data agar tepat program."

Berdasarkan data terakhir Kemensos, jumlah anak telantar yang terdata saat ini sebanyak 2,9 juta anak dan 33.400 orang di antaranya ialah anak jalanan.(Ant/H-2)