Lumba-Lumba Respon Gerhana, Diam di Dasar Kolam

FENOMENA Gerhana Matahari Total (GMT) juga berdampak kepada aktivitas satwa, khususnya mamalia laut, lumba-lumba. Perubahan aktivitas lumba-lumba terlihat, meski tidak signifikan.

Pengamatan aktivitas tersebut dilakukan ke empat lumba-lumba jenis tursiops aduncus atau lumba-lumba hidung botol, berasal dari laut Pasifik. Keempat lumba-lumba tersebut berjenis kelamin jantan.

Pantauan sebelum GMT, para lumba-lumba terlihat berenang agresif seperti biasa. Bahkan, beberapa kali mereka muncul ke permukaan air.

Namun, ketika fenomena GMT mulai berlangsung, perubahan perilaku mulai terasa. Dari empat lumba-lumba, dua di antaranya kerap berdampingan di dasar kolam.

Peneliti Biodiversitas dan Konservasi Sumber Daya Laut Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Hagi Yulia Sugeha, menyebut, perubahan perlaku tersebut dikarenakan lumba-lumba merespons kondisi perubahan lingkungan.

"Dia merespons kondisi perubahan lingkungan, biasanya memang terjadi saat kondisi agak gelap pada malam hari," tutur Yuli di Osean Dream Samudra, Taman Impian Jaya Ancol, Rabu (9/3).

Yuli mengatakan, respons lumba-lumba merupakan aktivitas normal kala mereka beristirahat dan banyak menyembunyikan diri di bawah kolam air. Keempat lumba-lumba itu pun hanya sesekali mengambil nafas, memunculkan moncong dan segera masuk ke dalam.

Lumba-lumba tersebut, lanjut Yuli, nyaris tidak menyemburkan udara seperti di alam yang sering dilakukan. Akan tetapi, karena lumba-lumba takut dengan kondisi GMT, dia mengurangi aktivitas dengan hanya memunculkan moncong.

"Terlihat jelas perubahan perilaku lumba-lumba. Karena, pada aktivitas sehari-hari, mereka berkelompok, bernapas dengan semburkan udara, bersiul, bergulung-gulung, melompat-melompat. Ini aktivitas paling mudah diamati," tuturnya.

Sekadar informasi, pengamatan ini hanya dilakukan kepada empat lumba-lumba. Lumba-lumba tersebut memiliki nama masing-masing; Spekta, Wangsit, Kunto, dan Wongso. Diketahui, Spekta merupakan lumba-lumba yang paling muda, ia masih berumur 7 tahun, sementara tiga lainnya berumur antara 10 hingga 12 tahun.

Para siswa dari Sekolah Rakyat Ancol terlihat antusias mengamati perubahan perilaku mamalia laut ini. Mereka dengan menggunakan kertas HVS yang merupakan Lembar Kerja Siswa untuk mengamati.

Guru pendamping Bejo Heriyanto mengatakan, hari ini terdapat 36 siswa yang mengikuti kegiatan pengamatan kali ini. Yang mengikuti pun diakui siswa-siswa berprestasi.

"Biasanya kan tanggal merah itu libur, banyak yang malas, tapi mereka ini antusias untuk kegiatan pengamatan," tutur Bejo.

Bejo menambahkan, kegiatan pengamatan ini baru pertama kali dilakukan oleh para siswa. Dia pun mendukung kegiatan pengamatan seperti ini. (X-2)