Kecurangan Warnai UNBK SMP dan MTs

PELAKSANAAN ujian nasional berbasis komputer (UNBK) tingkat SMP dan madrasah tsanawiyah (MTs) tahun ini diwarnai kecurangan. Soal UNBK dijawab guru, bukan oleh siswa.

"Yang menjawab soal UNBK bukan siswa, melainkan gurunya. Saat UNBK berlangsung, mereka (guru) menggunakan remote computer dari ruang-an berbeda," ungkap Irjen Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Muchlis R Luddin saat memaparkan hasil UN SMP/MTs di Kantor Kemendikbud, Jakarta, kemarin.

Menurutnya, Kemendikbud telah berkoordinasi dengan Kementerian Agama (Kemenag) yang juga berkomitmen memperbaiki hal tersebut. Bersama Kemenag, Itjen Kemendikbud, dan Puspendik Kemendikbud, setelah Idul Fitri akan turun langsung ke madrasah yang melakukan kecurangan untuk melakukan investigasi.

"Kecurangan yang terjadi bisa disebut bersifat masif dan terstruktur. Ini cermin bahwa guru-guru madrasah itu tidak percaya diri. Melaui investigasi nanti akan ketahuan apa motif di balik semua ini," tegas Muchlis.

Ia juga mengatakan, berdasarkan data angka pelanggar-an UN 2018 tercatat 57 laporan, sedangkan untuk UN 2019 mencapai 86 laporan. "Dari laporan kecurangan yang masuk, kali ini memang lebih banyak, yakni 86. Tapi setelah kami verifikasi, ada 55 laporan kecurangan yang teridentifikasi. Sebenarnya turun, tapi kasus (kecurangan) di madrasah ini jadi amat memperihatinkan kita," katanya.

Acara tersebut juga dihadiri Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemendikbud Totok Suprayitno, Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Supriano, Dirjen PAUD dan Dikmas Harris Iskandar, Kepala Badan Standar Nasional Pendidikan Bambang Suryadi, Direktur Pembinaan SMP Poppy Dewi Puspitawati, dan Kepala Pusat Penilaian Pendidikan M Abduh.

Totok mengatakan nilai siswa yang sekolahnya ber-alih ke UNBK pada UN SMP menurun. "Sekolah yang melakukan transformasi dari ujian nasional kertas pensil (UNKP) ke UNBK mengalami penurunan. Ada juga sekolah yang sudah UNBK dua tahun mengalami penurunan," katanya. (Bay/H-1)