Ini Tukang Mie Ayam Langganan Batu Hitam

PERJUANGAN dan doa. Itu memang judul film/lagu lawas Raja Dangdut Rhoma Irama era 80-an. Namun, bagi Sunarto, 52, tukang mie ayam asal  Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi (BTH 8), dua hal tersebut selalu melekat alias tidak terpisahkan dalam hidupnya. Begitu pula kala Sunarto berjibaku mencium Hajar Aswad alias Batu Hitam di Kabah.

Dia mengaku tidak terhitung sudah berapa kali mendaratkan ciuman ke Batu Hitam itu baik sebelum atau setelah puncak haji di Arafah pada 9 Dzulhijjah.

"Alhamdulillah, ngak tahu sudah berapa kali mencium Hajar Aswad. Pernah satu kali bawa istri, sukses juga," kata Sunarto di pemondokannya, Rizq Palace (911), Misfalah, Mekah, Arab Saudi, Kamis (6/9) malam.

Selama ini, jemaah haji memang tidak mudah mencium Hajar Aswad. Banyak yang gagal karena harus menerobos lautan jemaah yang berusaha menggapai Batu Hitam.

Ada yang terinjak-injak, sobek busana, atau copot kain ihram, patah tulang, bahkan ada yang sampai meninggal karena berdesak-desakan.

"Bismillahi allahu akbar," ujar pria beranak dua itu sembari memperagakan posisi tangan kiri menyilang di dada dan tangan kanan mengepal sebelum melakukan hal sunnah tersebut.

Dia mengaku bersyukur selama di Tanah Suci bersama istrinya, Suwarti, 55, diberikan kelancaran oleh Allah SWT dalam beribadah.

Lalu apa doanya di Tanah Suci? "Saya berdoa semoga diberikan kesehatan, anak dan cucu yang salih/salihah, serta diberikan rizki yang halal agar anak/cucu bisa sekolah semua."

Dia pun berencana usai menunaikan rukun Islam kelima akan membuka kedai mie ayam lagi.

Saat ini, dia hanya mempunyai satu kedai mie ayam. Tiap hari 300 mangkuk mie ayam terjual dengan harga Rp13 ribu. Jadi, total omzet per hari Rp3.900.000.

"Saya membayar uang kebersihan Rp2.000/hari dan uang keamanan Rp5.000/bulan," katanya.

Menurutnya, hal yang selalu dia ingat dalam hidup ini adalah pesan almarhum orangtuanya.

"Jangan tinggalkan salat. Itu pesan ayah saya," pungkas Sunarto. (OL-2)