Kebun Raya Harus Jamin Kelestarian Ekologi

DEMI keberlanjutan pengelolaan kebun raya di Indonesia, pengembangan harus menjamin keberlanjutan ekologi. Pengembangan tersebut mencakup perawatan dan pemeliharaan tanaman-tanaman spesifik lokal.

Selain itu, menjamin keberlanjutan ekonomi serta sosial kebun raya dengan menjadikannya sebagai sarana pendidikan, tempat rekreasi, ecotheraphy, dan sarana sosial budaya lain.

“Kami juga ingin membuka kesadaran publik tentang kondisi keanekaragaman hayati kita yang sebagian dalam keadaan kritis,” kata Wakil Ketua Yayasan Kebun Raya Indonesia Sonny Keraf dalam Focus Group Discussion tentang Pengelolaan Kebun Raya yang Berkelanjutan di Jakarta, Selasa (27/2).

Ia menambahkan, Indonesia sangat kaya akan keanekaragaman hayati yang harus diselamatkan, di antaranya melalui konservasi eks situ kebun raya.

Sementara itu, Wakil Bendahara YKRI Karen Tambayong menjelaskan, secara ekologis kebun raya memiliki sembilan fungsi, yakni memperkaya dan menjaga keanekaragaman hayati, memproduksi oksigen (O2), mengurangi polusi udara, ameliorasi iklim, mengurangi efek urban heat island, menjadi penangkap air, peredam kebisingan, penahan angin, dan menyiapkan habitat satwa.

Dari sisi kesehatan, ujarnya, kebun raya bisa meningkatkan relaksasi, fungsi kognitif, interaksi sosial, imunitas, dan energi. Selain itu, kebun raya dapat mengurangi stres dan depresi, kecemasan dan ketakutan, trauma, risiko penyakit jantung dan tekanan darah, risiko diabetes, obesitas, dan tingkat kematian.

Salah satu yang dapat dilakukan di kebun raya untuk mengatisipasi itu ialah melalui forest bathing. “Dalam bahasa Jepang disebut shinrin-yoku, yaitu berjalan-jalan di hutan sambil menikmati udara, menghirup aroma, dan menyatu dengan lingkungan hutan yang dapat meningkatkan sistem imunitas tubuh,” tambah Karen.

Agar kebun raya berdaya fungsi, katanya, YKRI memiliki beberapa saran kegiatan, antara lain menerapkan park prescription bersama pemerintah pusat dan daerah. Menurut Karen, sudah saatnya Indonesia meniru apa yang dilakukan AS, Australia, Denmark, dan Jepang. (Yan/H-2)