Film Edukatif Harus Terus Didukung

FILM edukatif untuk anak-anak diperlukan demi memenuhi kebutuhan mereka nak dalam mendapatkan hiburan dan pendidikan. Karena itu, karya-karya kreatif yang berupaya memenuhi kebutuhan anak perlu terus didukung.

Hal itu disampaikan Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi dalam menanggapi ajakan boikot dan tuduhan adanya unsur penyudutan agama Islam dalam film Naura dan Genk Juara di Jakarta, kemarin.

Ia menegaskan, film Naura tidak mengandung unsur SARA seperti yang ramai dibicarakan di media sosial.

Ia mengaku sudah menonton film tersebut dan menyatakan film itu justru kuat dengan unsur-unsur etika persahabatan, pendidikan, iptek, nasionalisme, dan estetika.

"Kita rindu film-film anak yang edukatif. Film tersebut menjawab kebutuhan itu. Jangan sampai kita kehilangan kesempatan. Film ini layak anak kemudian tetap perlu ada pendampingan orang tua karena ada pendapat-pendapat yang beredar di media sosial. Anak bisa diajak terbuka dan melihat film itu secara proporsional," jelasnya.

Film Naura dan Genk Juara yang mulai tayang di bioskop pada 16 November lalu menuai kritik. Film drama musikal untuk anak-anak itu dituding mendiskreditkan Islam melalui adegan sosok penjahat yang melafalkan kalimat takbir dan istigfar.

"Saya tidak melihat sesuatu yang sangat menyudutkan dan sebagainya. Suatu sikap, suatu spontanitas ada kata-kata yang muncul dan sebagainya tidak perlu terlalu diinterpretasikan sebagai sesuatu yang menyudutkan salah satu golongan," jelas Seto.

Pada kesempatan yang sama, produser film Handoko Hendroyono menampik tudingan itu. Ia mengatakan, pihaknya sama sekali tidak menyisipkan adegan yang bertujuan mendiskreditkan Islam.

Ia mengatakan film yang diproduserinya itu sejatinya lebih mengedepankan semangat edukasi kepada anak-anak.

"Saya melihatnya dari segi produksi yang memiliki semangat nilai persahabatan, sains, dan lagu. Energinya positif dengan spirit persahabatan dan persaudaraan," ujarnya.(Dhk/H-2)